REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Masjid Mohammed (Masjid Muhammad) di Washington, DC, Amerika Serikat mendapatkan ancaman bom diluncurkan saat para umat Muslim sedang melaksanakan sholat Jumat.
Atas laporan yang ada, pihak kepolisian langsung menanggapi dan mengevakuasi jamaah selama waktu shalat tersebut. Namun, setelahnya mereka memutuskan bahwa ancaman itu tidak berdasar.
Dilansir di Anadolu Agency, Sabtu (19/8/2023), seorang petugas Polisi Metropolitan mengatakan bahwa para pejabat pergi ke masjid secepat mungkin setelah menerima informasi. Jamaah yang ada di lokasi juga segera dievakuasi sebagai tindakan pencegahan.
Selanjutnya, pihak kepolisian berusaha memberi respon dan pemeriksaan dengan menurunkan tim khusus bom dan anjing pencari bom.
Seorang imam masjid, Yusuf Selim, mengatakan polisi datang saat dilakukan khutbah Jumat setelah mereka menerima ancaman bom terhadap masjid. Ia juga menyampaikan permohonan bantuan untuk mengevakuasi jamaah demi keselamatan masyarakat.
Saat kejadian tersebut, Kepala Keamanan Masjid Mohamed Abdulmalik meminta jamaah untuk segera mengevakuasi gedung. Selim juga menegaskan bahwa anjing yang dibawa pihak kepolisian tidak memasuki area shalat.
Menurut Selim, tim ahli bom tersebut berkonsentrasi di daerah tempat laporan itu dibuat. Ketika diketahui bahwa laporan tersebut tidak berdasar, jamaah kembali masuk ke masjid dan melanjutkan shalatnya. Tidak hanya itu, ia juga mengatakan setiap pihak berwenang harus menangani masalah ini dengan serius.
Di sisi lain, Abdulmalik mengatakan meskipun laporan itu ternyata tidak berdasar, tetapi polisi mencatat insiden itu sebagai kejahatan rasial. Teror yang diterima oleh masjid tidak hanya terjadi di Amerika. Di Jerman bahkan disampaikan jika ancaman ini mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Presiden kelompok Turki-Muslim IGMG, Kemal Ergun, mengatakan dalam beberapa pekan terakhir di pertengahan 2023 ini ada banyak masjid menerima surat ancaman. Surat tersebut rata-rata ditandatangani dengan tanda "NSU 2.0." alias neo-Nazi.
"Kami tidak akan takut, kami tidak akan diintimidasi oleh ancaman seperti itu. Tapi yang mengecewakan adalah sebagian besar upaya pembakaran masjid, yang bisa merenggut banyak nyawa, pelakunya tidak teridentifikasi atau ditangkap,” kata Ergun, dilansir dari Middle East Monitor pada Kamis (10/8/2023).
"NSU 2.0" mengacu pada National Socialist Underground, sebuah kelompok teror neo-Nazi yang ditemukan pada tahun 2011 yang membunuh 10 orang dan melakukan serangan bom yang menargetkan imigran Turki dan Muslim.