Rasta ke Islam
Pada saat yang sama, imajinasi religius O'Connor jauh lebih dari sekadar hubungan yang kompleks dengan agama Katolik. Agama di sekitar O'Connor eklektik dan intens.
Dia sangat dipengaruhi oleh tradisi Rastafarian Jamaika yang dia gambarkan sebagai "gerakan spiritual anti-agama tetapi sangat pro-Tuhan." Dia menganggap album awal Sam Cooke dengan Soul Stirrers sebagai album gospel terbaik yang pernah dibuat. Dia termasuk di antara pahlawan spiritualnya Muhammad Ali. Bahkan dia kemudian masuk Islam padsa tahun 2918 serta mengubah namanya mengubah namanya menjadi Shuhada 'Sadaqat.
O'Connor tampil selama konser di Admiralspalast di Berlin pada Desember 2019, setelah masuk Islam. Foto oleh Frank Hoensch/Redferns via Getty Images
Namun visi O'Connor tidak terfragmentasi, seolah-olah dia terus-menerus mengejar potongan-potongan. Keajaiban Sinéad O'Connor adalah bahwa semuanya menyatu, entah bagaimana, dalam kata-kata seorang seniman yang menolak untuk berbohong, untuk menyembunyikan atau tidak mengatakan apa yang dia pikirkan.
Ketika ditanya tentang spiritualitas, O'Connor pernah berkata bahwa dia lebih suka menyanyikannya, bukan membicarakannya – seperti yang dia lakukan dalam banyak lagu, dari nyanyian antionnya yang bercahay, himne Maria yang dinyanyikan pada kebaktian Paskah, hingga albumnya yang terinspirasi Rasta, “Throw Down Your Arms’
Dalam lagu berjudul " Something Beatiful," sebuah lagu dari album "Theology", O'Connor berbicara kepada Tuhan dan pendengar. Dia melagukan dan menulis syair lagu itu begini:
"Aku ingin membuat/ Sesuatu yang indah/ Untukmu dan darimu/ Untuk menunjukkanmu/ Aku memujamu."
Ya, memang O’Connor melakukannya. Tergerak oleh seninya berarti merasakan transendensi, mengintip ke dalam cahaya.