Jumat 11 Aug 2023 13:10 WIB

Konferensi Islam Internasional akan Digelar di Arab Saudi Selama 2 Hari

Konferensi akan membahas moderasi, ekstremisme, serta koeksistensi antar bangsa.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
 Foto selebaran yang disediakan oleh Pengadilan Kerajaan Saudi menunjukkan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menandatangani dokumen dengan Presiden Tiongkok Xi (tidak ada dalam foto) selama kunjungannya di Riyadh, Arab Saudi, Kamis, 8 Desember 2022. Presiden Tiongkok Xi Jinping sedang dalam perjalanan tiga hari kunjungan kerja ke Arab Saudi, dalam rangka mempererat hubungan kedua negara, serta pertemuan puncak dengan anggota Dewan Kerjasama Teluk dan pertemuan puncak China-Arab yang lebih luas.
Foto: EPA-EFE/BANDAR ALJALOUD
Foto selebaran yang disediakan oleh Pengadilan Kerajaan Saudi menunjukkan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menandatangani dokumen dengan Presiden Tiongkok Xi (tidak ada dalam foto) selama kunjungannya di Riyadh, Arab Saudi, Kamis, 8 Desember 2022. Presiden Tiongkok Xi Jinping sedang dalam perjalanan tiga hari kunjungan kerja ke Arab Saudi, dalam rangka mempererat hubungan kedua negara, serta pertemuan puncak dengan anggota Dewan Kerjasama Teluk dan pertemuan puncak China-Arab yang lebih luas.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Bimbingan Arab Saudi menyelenggarakan konferensi Islam di Makkah. Konferensi ini dijadwalkan berlangsung dua hari, 13 hingga 14 Agustus 2023.

Untuk agenda ini, Saudi mengambil tajuk “Menghubungkan Urusan Agama, Fatwa dan Administrasi Ulama di Seluruh Dunia dan Implikasinya". Penyelenggaraan konferensi telah disetujui oleh Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman bin Abdulaziz.

Baca Juga

Konferensi tersebut mempertemukan 150 cendekiawan dan ulama yang mewakili 85 negara. Di antaranya adalah para tokoh agama ternama, ketua asosiasi dan lembaga Islam, para pemikir, serta akademisi dari berbagai universitas global.

Selama dua hari, mereka akan terlibat dalam tujuh sesi kerja, mempelajari topik moderasi, ekstremisme, pembusukan, terorisme, toleransi, serta koeksistensi antar bangsa.

Dilansir di Aawsat, Jumat (11/8/2023), konferensi ini bertujuan memperkuat komunikasi dan kolaborasi antara urusan agama, fatwa dan administrasi ulama di seluruh dunia.

Adapun tujuan menyeluruhnya adalah menegakkan prinsip-prinsip moderasi dan keseimbangan, mempromosikan nilai-nilai toleransi dan hidup berdampingan secara damai di antara populasi yang beragam.

Tidak hanya itu, acara ini berusaha menggarisbawahi peran penting dari lembaga-lembaga ini dalam mengikuti ajaran Alquran dan Sunnah Nabi, melayani Islam dan Muslim, memupuk persatuan Islam, memerangi ideologi ekstremis, melindungi masyarakat dari ateisme dan kemerosotan moral.

Konferensi ini juga menyoroti pengalaman unik Arab Saudi dalam menyebarkan belas kasih dan melestarikan nilai-nilai, sekaligus memajukan di segala bidang untuk kemajuan dan pembangunan masyarakat.

Setidaknya ada tujuh tema yang diangkat dalam agenda tersebut. Tema pertama mengkaji upaya urusan agama, fatwa dan administrasi ulama di seluruh dunia dalam melayani Islam dan umat Islam, serta meningkatkan persatuan Islam.

Tema kedua mengeksplorasi keadaan saat ini dan masa depan komunikasi dan integrasi yang diinginkan, di antara entitas-entitas ini. Ketiga menyoroti upaya mereka untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dan koeksistensi di antara populasi yang berbeda.

Tema keempat menggarisbawahi komitmen mendasar terhadap Alquran dan Sunnah Nabi, baik dari segi prinsip dasar maupun upaya praktis. Tema selanjutnya menyelidiki konsep moderasi dan keseimbangan dalam konteks Alquran dan Sunnah Nabi, memeriksa akar dan penerapan praktisnya.

Tema keenam membahas peran badan-badan administratif ini dalam memerangi ekstremisme dan terorisme. Tema ketujuh dan terakhir berfokus pada kontribusi mereka untuk melindungi masyarakat dari ateisme dan kemerosotan moral.

Penyelenggaraan konferensi ini disebut termasuk dalam upaya berkelanjutan Kementerian, untuk menetapkan prinsip-prinsip moderasi dan keseimbangan. Upaya ini memerlukan kerja sama konstruktif dengan para pemimpin agama global, yang bertujuan berkontribusi pada pengurangan kekerasan dan permusuhan di antara penduduk dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement