REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang yang sabar dan berhasil lulus dari ujian-ujian yang diberikan Allah SWT memiliki ciri. Ciri ini sebagaimana tertuang dan diinformasikan dalam Alquran. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 156-157:
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Yang artinya, "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al Mishbah menjelaskan, pada ayat sebelumnya telah dijabarkan tentang alasan mengapa seorang hamba diberikan ujian. Dan alasan mengapa mereka dianjurkan untuk senantiasa bersabar.
Adapun dalam ayat ini, Prof Quraish menjelaskan bahwa orang yang sabar yang lulus menjalani ujian dari Allah SWT mendapatkan rahmat. Dia menekankan bahwa umat manusia tidak mengetahui persis makna rahmat Illahi.
Yang pasti, Prof Quraish mengatakan, rahmat Allah SWT bukan seperti rahmatnya makhluk. Rahmat makhluk merupakan rasa pedih melihat ketidakberdayaan pihak lain. Rasa pedih itulah yang menghasilkan dorongan untuk membantu mengatasi ketidakberdayaan.
Lantas bagaimana rahmat Allah SWT? Beliau menekankan bahwa rahmat Allah SWT hanya dapat dilihat dampak dan hasilnya, yakni berupa limpahan karunia.
Tak hanya mendapatkan rahmat Illahi, seorang hamba yang berhasil lulus ujian dan bersikap sabar juga mendapatkan petunjuk. Bukan saja petunjuk dalam mengatasi kesulitan, melainkan juga petunjuk menuju jalan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Bukti cinta
Salah satu bukti cintanya Allah SWT kepada makhluk adalah memberikan ujian kepadanya. Lantas alasan apa sebenarnya adanya ujian dan anjuran untuk senantiasa berlaku sabar? Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Yang artinya, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
Baca juga: Alquran Bukan Kalam Allah SWT Menurut Panji Gumilang, Ini Bantahan Tegas Prof Quraish
Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Mishbah menjelaskan, ujian atau cobaan yang dihadapi manusia paada hakikatnya adalah sedikit sehingga betapapun besarnya, dia sedikit jika dibandingkan dengan imbalan dan ganjaran yang diterima dari Allah SWT.
Ujian yang diberikan Allah SWT adalah sedikit. Kadarnya sedikit bila dibandingkan dengan potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia. Dia hanya sedikit, sehingga setiap yang diuji akan mampu memikulnya jika dia menggunakan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah SWT.
Prof Quraish menggarisbawahi bahwa ayat sebelum ini mengajarkan tentang sholat dan sabar. Jika demikian, yang diajarkan itu harus diamalkan sebelum datangnya ujian Allah SWT ini.
Demikian pula ketika ujian itu berlangsung. Itu sebabnya Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui sahabat Nabi Hudzaifah bin Al Yaman, bahwa, "Apabila beliau dihadapkan pada suatu kesulitan atau ujian, beliau melaksanakan sholat." Karena itu pula ayat di atas, menurut Prof Quraish, ditutup dengan perintah, "Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".