Kamis 13 Jul 2023 20:07 WIB

Baznas Fasilitasi Akses Pendidikan bagi Komunitas Difabel Hingga Warga 3T

Baznas memberikan fasilitas terhadap keadilan dan kesetaraan pendidikan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Gita Amanda
BAZNAS RI meluncurkan Program Beasiswa Khusus Kemitraan BAZNAS 2023. Program ini menyasar kelompok daerah 3T, kelompok anak disabilitas, dan komunitas adat di Indonesia.
Foto: Dok. Baznas
BAZNAS RI meluncurkan Program Beasiswa Khusus Kemitraan BAZNAS 2023. Program ini menyasar kelompok daerah 3T, kelompok anak disabilitas, dan komunitas adat di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI akan memberikan fasilitas pendanaan untuk mendorong kemudahan akses pendidikan bagi komunitas difabel, komunitas adat, dan masyarakat yang tinggal di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

Pimpinan Baznas RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan mengatakan, pemberian fasilitas pendanaan ini untuk mendorong inisiatif-inisiatif lokal untuk mendampingi komunitas dalam rangka memberikan akses pendidikan kepada tiga komunitas masyarakat tersebut.

Baca Juga

"Dana zakat yang dikelola oleh Baznas ini memberikan fasilitas terhadap keadilan dan kesetaraan pendidikan bagi teman-teman dari tiga segmen itu. Ini akan kita support. Karena kita ingin ada kesetaraan dan aksesibilitas pendidikan yang setara bagi semua. Education for all," tutur dia di kantor Baznas RI, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

Adapun mekanismenya, Saidah mengatakan, fasilitas pendanaan ini diberikan kepada lembaga atau institusi yang melakukan pendampingan terhadap salah satu dari tiga segmen tersebut. Besaran dana yang diberikan berkisar antara Rp 50 juta sampai Rp 100 juta per lembaga. "Tergantung daya jangkau dan program. Karena in by proposal," kata dia.

Saidah melanjutkan, selama ini sudah ada beberapa kalangan komunitas yang melakukan pendampingan kepada tiga segmen tersebut. Ada yang mendampingi masyarakat di daerah 3T, komunitas masyarakat adat, dan komunitas yang menggelar program pendidikan inklusi.

Misalnya, di Muaro Jambi terdapat masyarakat adat di mana telah ada komunitas yang mendampinginya. Komunitas ini punya metodologi tersendiri dan sudah melakukan berbagai inovasi dalam mendampingi masyarakat adat di Muaro Jambi.

"Karena masyarakat adat yang di Muaro Jambi ini kan nomaden. Maka harus punya strategi tersendiri dan mereke punya strategi dan inovasi itu. Maka fasilitasi untuk pendanaannya. Kalau kita tidak support, mereka tidak bisa sustain," ujar Saidah.

Kemudian juga ada yayasan yang mencetak Alquran braille dan mengajarkannya. Saidah menuturkan, Alquran braille ini barang langka dan butuh tenaga khusus untuk mengajarkannya. Karena itu, Baznas akan berikan fasilitas pencetakan Alquran braille dan juga pengajarannya.

"Bagaimana kita bisa mensosialisasikan dan meliterasi kandungan Alquran sedangkan teman-teman disabilitas tidak dapat mengakses Alquran braille. Nah inilah yang akan difasilitasi Baznas," jelasnya.

Baznas bersama Setwapres, Saidah mengungkapkan, juga berinisiatif menggelar Training of Trainers (ToT) dalam rangka peningkatan kapasitas sebagai calon guru untuk bahasa isyarat Alquran yang berbahasa Arab. Selama ini, dia mengatakan, penyandang disabilitas belajar Alquran dengan menggunakan bahasa isyarat Indonesia.

"Maka Baznas dan Setwapres sedang berinisiatif untuk melakukan TOT trainer di seluruh provinsi untuk bisa menjadi bagian dalam upaya memfasilitasi teman-teman disabilitas agar bisa membaca Alquran dengan baik," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement