Senin 10 Jul 2023 18:42 WIB

Palestine Talk: Ibu, Madrasah Pertama dan Utama

Perkataan seorang ibu memiliki kekuatan doa yang luar biasa

Kegiatan Aman Palestin (ilustrasi). Aman Palestin memiliki program bernama Palestine Talk bersama MQFM Radio yang dilaksanakan setiap hari Jum’at. Dalam Palestine Talk pada Jum’at, 7 Juli 2023,
Foto: Istimewa
Kegiatan Aman Palestin (ilustrasi). Aman Palestin memiliki program bernama Palestine Talk bersama MQFM Radio yang dilaksanakan setiap hari Jum’at. Dalam Palestine Talk pada Jum’at, 7 Juli 2023,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aman Palestin memiliki program bernama Palestine Talk bersama MQFM Radio yang dilaksanakan setiap hari Jum’at. Dalam Palestine Talk pada Jum’at, 7 Juli 2023, Aman Palestin mengundang narasumber dari salah seorang donatur bernama Asih Fatimah dan anaknya, Dr Sarah Respati, ST, MSc.

Pembahasan mengenai ‘Ibu, Madrasah Pertama dan Utama’ tampaknya sesuai dengan narasumber kali ini karena keduanya juga merupakan seorang Ibu. Narasumber pertama, Asih Fatimah merupakan seorang ibu dari 3 anak yang sudah dikaruniai 6 cucu. Bahkan, Asih juga mendirikan TK Islam yang sudah berjalan selama tiga tahun.

Narasumber kedua, Dr Sara Respati, ST MSc, merupakan seorang istri, ibu dari 3 anak, dosen sekaligus peneliti di bidang teknik sipil. Beliau juga aktif sebagai pemerhati generasi. 

Sara Respati juga merupakan salah satu anak dari Asih Fatimah, narasumber pertama dalam Palestine Talk kali ini. Menurut Asih, seorang ibu berperan sebagai sosok pertama yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. 

Bahkan, sebuah hadits menyebutkan al jannatu tahta aqdaamil ummahaati yang artinya surga ada di bawah telapak kaki ibu. Itulah mengapa menjadi seorang ibu adalah tugas yang mulia dan hadiahnya adalah surga.

Sarah Respati menambahkan bahwa peran ibu dalam Islam sungguh luar biasa. Seorang ibu tentunya menginginkan anak-anak cemerlang yang lahir dari rahimnya. Sarah menyebutkan beberapa tokoh besar Islam yang dilahirkan dan dirawat oleh Ibu yang hebat seperti Imam Syafi’i dan Muhammad Al-Fatih.

Imam Syafii dibesarkan seorang diri oleh ibunya, namun dengan didikan hanya dengan didikan seorang Ibu, Imam Syafi’i mampu menjadi Imam besar, bahkan namanya terus dikenang hingga saat ini. Selain Imam Syafi’i, ada pula Muhammad Al-Fatih yang pernah menaklukkan Konstantinopel. 

Saat masih kecil, Al-Fatih pernah menatap benteng Konstantinopel yang saat itu masih dikuasai pasukan Romawi. Kemudian ibunya mengatakan pada Al-Fatih, dalam Al-Quran disebutkan bahwa benteng itu akan ditaklukkan oleh seseorang dan Al-Fatih adalah orang yang akan menaklukkannya.

Dari kisah Imam Syafi’i dan Muhammad Al-Fatih, dapat diketahui bahwa perkataan seorang ibu memiliki kekuatan do’a yang luar biasa. Seorang ibu juga harus aktif membentuk karakter islam dalam diri anak, termasuk masalah umat di Palestina. Sayangnya, saat ini banyak ibu yang lebih menyerahkan urusan pendidikan ke pihak sekolah.

Selain memiliki tugas untuk mendidik anak, seorang ibu juga perlu membuka mata terhadap fakta keadaan saat ini, salah satunya tentang isu kemanusiaan yang ada di Yaman, Palestin, dan negara-negara lainnya agar anak bisa menumbuhkan rasa peduli, dan tidak tergerus dengan kehidupan hedonis saat ini. Agar anak tidak hanya dibesarkan dan diberi makan, namun juga dididik dan dirawat karakter dalam dirinya.

Menurut Dr Sarah, beliau menuturkan bahwa ada tiga langkah mendidik anak:

Pertama, membangun visi kemana anak akan dibawa? Maksud disini adalah sampai mana tujuan akhir pendidikan seorang anak, apakah tujuan akhirnya akhirat atau hanya sampai akademik saja?.

Kedua, visi tanpa aksi hanyalah khayalan. Aksi harus dilakukan untuk mendekatkan anak pada visi yang ingin dituju. Contoh dari aksi ini adalah seperti berbagai kegiatan anak yang mampu mengarahkan dirinya pada visinya; mengaji, belajar, membuat puzzle dan kegiatan rutinitas sehari-hari lainnya.

Ketiga, menguatkan posisi pada anak. 

Gempuran dari sosial media, handphone dan internet kadang membuat anak jadi tidak mendengarkan orang tua lagi dan lebih mendengarkan temannya. Bagaimana supaya orang tua tetap didengarkan oleh anak? Diperlukan bonding antara keduanya agar orang tua tetap didengarkan oleh anak. 

Bonding tersebut bisa dengan melakukan sesuatu bersama atau bahkan saling terbuka saat mengobrol.

Saat ditanya mengenai pendidikan tinggi bagi seorang perempuan, Bu Sarah Respati mengatakan bahwa menuntut ilmu wajib untuk seluruh muslim. Ada ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Perempuan yang bersekolah tinggi tidak akan langsung berkorelasi bahwa dirinya akan menjadi ibu yang baik.

Sekolah tinggi bisa membantu mendidik anak, namun bukan menjadi suatu jaminan bahwa ia akan menjadi ibu yang baik. Jika ingin menjadi ibu yang baik, seorang perempuan harus belajar ilmu agama. Karena ilmu agama adalah dasar untuk menciptakan karakter islami pada anak. Maka tugas seorang calon ibu ataupun yang sudah menjadi seorang ibu sekarang adalah belajar, belajar dan belajar. Baik ilmu agama ataupun ilmu umum.

Selain belajar untuk bisa menjadi ibu yang baik, sebagai seorang perempuan yang hidup di zaman masifnya digitalisasi, tentunya melek fakta dengan apa yang terjadi di dunia saat ini adalah sebuah keharusan, agar perempuan mampu melahirkan generasi-generasi emas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement