REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Biro Perempuan dan Anak (BPA) PGI, Pdt. Sonnya M. Uniplaita, menyatakan kondisi pergaulan bebas remaja Indonesia saat ini satu tingkat di atas mengkhawatirkan. Segala upaya harus dikerahkan gereja, untuk meminimalisir dampak buruknya di masa depan.
"Saya pikir kondisi saat ini satu tingkat di atas mengkhawatirkan ya. Sudah ada sinyal awas bahkan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (9/7/2023).
Pdt. Sonnya menyebut jika gereja tidak melihat, menyadari dan tidak berpikir bagaimana menyelesaikannya, maka mungkin 5 atau 10 tahun ke depan tidak akan ada yang tahu bagaimana generasi gereja akan seperti apa.
Untuk meminimalisir dampak buruknya, gereja terus membahasnya di setiap pertemuan, baik saat ibadah maupun forum berbagi dengan pemuda. Hal ini berpatokan pula pada salah satu dari 10 perintah Allah, yaitu jangan zina.
"Upaya untuk ke sana itu ada, tapi dengan perkembangan teknologi yang cepat, kita tidak bisa menyaring semua dengan 100 persen," lanjut dia.
Karena itu, ia menilai peran dari keluarga juga sangat penting untuk hal ini. Generasi muda akan lebih banyak berinteraksi di rumah, sebelum mereka keluar dan bergaul dengan masyarakat.
Terakhir, Pdt. Sonnya menitipkan pesan kepada perempuan-perempuan muda Indonesia untuk memprioritaskan dirinya. Terkadang, perempuan disebut paling cepat terbuai dengan kata-kata manis dan tindakan kecil sederhana dari lawan jenis.
"Aku tuh sering ngomong ke anak-anak muda utamanya perempuan, jangan dulu pacaran. Mengenal sebanyak mungkin tipe pria itu baik, tapi kalau bisa jangan dulu pacaran," ucap dia.
Ia meminta perempuan untuk fokus pada pendidikan dan impiannya terlebih dahulu. Ketika hal ini sudah tercapai, maka mereka tidak perlu mencari pasangan, karena nanti merekalah yang akan memilih.
"Karena banyak skali anak muda yang jatuh pada pilihan yang salah dan tidak bisa apapun lagi, karena berpikir hidupnya sudah selesai di situ. Padahal tidak," kata Kepala BPA PGI ini.