Jumat 30 Jun 2023 19:40 WIB

Debat Alumnus Gontor dan Al Zaytun, dari Soal Adzan Hingga tak Perlu Bermazhab

Video debat tersebut viral di media sosial.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Sholat Idul Adha di Al-Zaytun dilakukan dengan menempatkan perempuan di barisan depan, serta shaf antar jamaah berjarak sekitar 1 meter.
Foto: istimewa/youtube Al-Zaytun official.
Sholat Idul Adha di Al-Zaytun dilakukan dengan menempatkan perempuan di barisan depan, serta shaf antar jamaah berjarak sekitar 1 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Video yang menunjukkan dua anak muda yang memperdebatkan soal Pesantren Al Zaytun viral di media sosial. Video tersebut diunggah oleh akun TikTok @Dailywhyef.

Dari dua anak muda itu, satu orang ditulis sebagai alumnus Al Zaytun dan satunya lagi alumnus Gontor. Pembahasan pertama yang dibahas adalah tentang adzan di Pesantren Al Zaytun.

Baca Juga

Alumnus Al Zaytun mempertanyakan, apakah adzan yang dilakukan di pesantrennya melanggar tajwid dan makharijul huruf? Menurut dia, adzan tersebut telah sesuai dengan ketentuan Islam seperti pada umumnya.

Lalu, dijelaskan oleh lelaki dari alumni Gontor bahwa adzan di Al Zaytun itu tidak sesuai sunnah Nabi Muhammad. Dia mengatakan, dalam sunnah Nabi Muhammad SAW itu adzan harus menghadap kiblat. Tetapi adzan yang dilakukan oleh muadzin di Al Zaytun malah menghadap jamaah.

Selain itu, adzan di Al Zaytun juga menyalahi sunnah Nabi SAW karena saat melantunkan Hayya 'Alassholaah' itu tidak menoleh ke kanan tapi malah mengangkat tangannya. "(Adzan seperti itu) tidak ada anjuran dari sabda Rasul dari ajaran manapun di perspektif Islam," ujar pemuda dari alumnus Gontor itu.

Kemudian, anak muda alumnus Al Zaytun menyatakan, adzan itu sifatnya menggerakkan hati, jiwa dan memberikan semangat serta tidak mendayu-dayu. Dia juga menekankan, kumandang adzan di Al Zaytun sudah sesuai ajaran Nabi SAW.

"Sudah sesuai semua," kata dia.

Pemuda alumnus Al Zaytun juga menanggapi adzan di masyarakat yang terlalu lama hingga 10 menit. "Ngapain lama-lama. Kalau yang saya pahami yak, (adzan seperti) itu ya salah. Dari mana adzan itu, ya harus sesuai Bilal," katanya.

Alumus Al Zaytun juga mengatakan tidak perlu bermazhab karena Al Zaytun adalah muara dan pusatnya pendidikan, toleransi dan perdamaian. "Gak pake aliran, gak level, karena Al Zaytun itu muara, pusatnya pendidikan, pusatnya toleransi dan perdamaian. Kenapa gak pake mazhab Imam Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi'i, ya itu pilihan dong," ujarnya.

Terkait adzan yang tidak perlu lama-lama dan mendayu-dayu, pemuda alumni Gontor menjelaskan, intonasi itu memperlihatkan sebuah momen apakah seruan itu untuk perang atau untuk menunaikan sholat. Adapun hal yang datang dari Allah itu indah, maka seruan adzan untuk sholat itu hakikatnya indah.

Ihwal tidak perlu bermazhab, alumnus gontor mengatakan, Imam Bukhari dan Muslim yang meriwayatkan banyak hadits shahih itu saja menisbatkan dirinya bermazhab Imam Syafi'i. "Lah kita orang awam, yakin gak mau bermazhab?," ujarnya.

Pemuda alumnus Gontor itu juga membagikan contoh intonasi adzan yang dikumandangkan oleh Bilal bin Rabbah, dengan menampilkan video adzan dari Syekh Hisyam At Thiyarah yang punya sanad terkuat adzan Bilal bin Rabbah. Dalam video tersebut, Syekh Hisyam mengumandangkan adzan dengan lantunan yang panjang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement