REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kristen Muhammadiyah sebuah istilah yang kini tengah menjadi sorotan publik di berbagai media sosial. Istilah ini muncul setelah diluncurkannya buku berjudul 'Kristen Muhammadiyah; : Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan' di Kantor Kemendikbudristek pada Senin (22/5/2023). Buku ini ditulis berdasarkan penelitian Prof Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq.
Sekum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu'ti menjelaskan bahwa Kristen Muhammadiyah merupakan varian sosiologis yang menggambarkan para pemeluk agama Kristen atau Katolik yang bersimpati dan memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah.
"Mereka bukan anggota Muhammadiyah. Mereka tetap sebagai pemeluk Agama Kristen/Katolik yang teguh menjalankan ajaran agamanya. Kristen Muhammadiyah bukanlah sinkretisme agama di mana seseorang mencampuradukkan ajaran Kristen/Katolik dengan Islam (Muhammadiyah)," kata Prof Mukti dalam penjelasan di akun Facebook resminya.
Para pemeluk Kristen atau Katolik itu memiliki kedekatan dan simpati kepada Muhammadiyah karena pengalaman berinteraksi dengan warga dan pemahaman atas Muhammadiyah selama belajar di sekolah atau lembaga pendidikan Muhammadiyah. Meski begitu mereka tetap teguh menjadi pemeluk Kristen/Katolik karena selama belajar di sekolah atau lembaga pendidikan Muhammadiyah mendapatkan pendidikan agama Kristen atau Katolik yang diajarkan oleh pendidik Agama Kristen atau Katolik sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
"Varian Kristen Muhammadiyah menunjukkan peranan pendidikan dalam membangun kerukunan antar umat beragama dan persatuan bangsa," katanya.