REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai alumni Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, KH Cholil Nafis turut merespons pernyataan Islah Bahrawi menyatakan bahwa seluruh santri Sidogiri adalah penghianat bangsa. Menurut Kiai Cholil, ada tiga kesalahan yang dilakukan Islah Basrawi.
"Ada tiga hal yang salah. Pertama, mengumpat pengkhianat di depan umum kepada pesantren merupakan perbuatan tidak baik dan tidak menyenangkan," ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika, Selasa (16/5/2023).
Kedua, lanjut Kiai Cholil, Islah Bahrawi melakukan kesalahan karena melontarkan tuduhan kepada pesantren. "Menuduh pengkhianat kepada seseorang atau pesantren karena perdebatan tentang hal tertentu adalah kesalahan besar," ucap alumni Sidogiri angkatan 1992 ini.
Sedangkan kesalahan yang ketiga, menurut Kiai Cholil, Islah Bahrawi telah men-generalisasi beberapa kesalahan beberapa orang alumni pesantren. "Ketiga, menyandarkan kesalahan seseorang atau beberapa orang alumni pesantren menjadi kesalahan pesantrennya adalah kesesatan logika," kata Kiai Cholil.
Namun, tambah dia, Islah Bahrawi telah memberikan klarifikasi seusai menyebut santri Sidogiri pengkhianat bangsa, serta meminta maaf atas kesalahannya. Karena itu, menurut Kiai Cholil, seluruh alumni Sidogiri harus memaafkannya.
"Itulah kesalahan ucapan Islah Bahrawi. Tapi karena dia sudah minta maaf ya tentu dimaafkan tapi saya sarankan baiknya saja dengan silaturrahim kepada kiai dan menemui perwakilan alumni agar dapat meluruskan kesalahan dan kesalahpahaman," jelas Kiai Cholil.
Sebelumnya, sebuah video yang berisi pernyataan Tenaga Ahli Kapolri, Islah Bahrawi viral di media sosial. Pasalnya, Islah menuding seluruh santri Pondok Pesantren (Ponpes) Sidogiri dan tokoh NU Garis Lurus sebagai para pengkhinat bangsa yang terus menyerangnya.
Dalam video yang beredar itu, Islah Bahrawi yang juga menjabat Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) menuding imam hakim yang membuat fatwa jihad atau bom di Palestina sebagai orang pikun. Dia pun mengungkapkan, kerap dalam sebuah forum pendapatnya didebat oleh beberapa kelompok, yaitu santri Ponpes Sidogiri dan tokoh NU Garis Lurus.
"Santri-santri Sidogiri, tokoh-tokoh NU Garis Lurus itu yang nyerang saya itu, ini para pengkhianat semuanya ini," kata Islah sembari tersenyum ketika mengisi acara di Nganjuk.