REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai lembaga di bawah Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU), Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) akan memperingari Hari Lahir (Harlah) ke-63. DI usianya yang tak muda lagi ini, Lesbumi mengangkat tema “Menguatkan Strategi Kebudayaan Nusantara untuk Peradaban Dunia.”
“Dengan tema tersebut, Lesbumi bermaksud menguatkan dan mengembangkan secara inovatif berbagai tradisi Nusantara yang dianggap relevan sambil menegaskan posisi strategis Indonesia di tengah peradaban dunia yang tengah dilanda berbagai krisis, baik terkait manusia (etika sosial) dan alam (energi dan lingkungan),” ujar Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (13/5/2023).
Kiai yang akrab dipanggil Kang Jadul ini menegaskan bahwa Nusantara senantiasa memiliki posisi penting dalam sejarah peradaban dunia. Pada setiap fase perkembangan sejarah dunia, menurut dia, selalu terdapat peran Nusantara mengingat lokasinya sebagai penghubung antar samudera dan benua serta sebagai penghasil berbagai bahan mentah seperti pengharum, rempah-rempah, serta mineral dan logam.
Kang Jadul menuturkan, posisi Nusantara yang strategis tersebut telah mengundang berbagai bangsa untuk singgah dan menetap sehingga membentuk karakter kebudayaan Nusantara yang kosmopolit sebagaimana tampak pada keragaman etnis, agama, bahasa, hingga produk-produk artistik seperti musik, visual, pertunjukan, dan artsitektur.
Di samping menghasilkan kebudayaan yang kosmopolit, kata dia, Nusantara juga memiliki karakteristik etis dalam memandang alam secara koeksisten sebagaimana tampak pada berbagai sistem nilai masyarakat lokal yang menempatkan alam sebagai subjek dan bukan objek dalam relasi kehidupan.
“Sistem nilai demikian amat penting dalam rangka membentuk kehidupan secara sehat, efisien, dan keberlanjutan. Berdasarkan pandangan di atas, kebudayaan Nusantara mengandung nilai penting dan relevan untuk mewarnai peradaban dunia hari ini,” ucap Kang Jadul.
Menurut dia, karakter kosmopolit bisa menjadi tawaran alternatif di tengah-tengah kondisi geopolitik yang sedang mengalami tensi tinggi di antara persaingan ketat antar berbagai kekuatan. “Adapun cara pandanganya yang koekstisten dalam memandang alam perlu ditawarkan di tengah keadaan dunia yang sedang mengalami krisis energi dan lingkungan,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak, Bantul ini.
Lebih lanjut, Kang Jadul menjelaskan, setiap kali Harlah Lesbumi berefleksi dan menengok kembali sejarah kelahiran Lesbumi, yang didirikan pada 28 Maret 1962 di Bandung. Tahun ini, menandai usia ke-63 dalam hitungan Hijriah atau 61 tahun dalam hitungan masehi, Lesbumi PBNU menggelar dua kegiatan.
Kegiatan pertama adalah Doa dan Sarasehan Budaya yang telah digelar di Gedung PBNU Jakarta pada 12 Mei 2023. Kegiatan ini digelar secara sederhana untuk menandai titik mula pendirian Lesbumi pada 21 Syawal 1381 H, yakni doa dan tahlil serta sarasehan budaya bersama pengamat budaya, akademisi, dan Lesbumi di PWNU dan PCNU se-Indonesia.
“Dalam forum ini diharapkan muncul banyak masukan terkait strategi kebudayaan Nusantara demi peradaban dunia yang maslahat,” jelas Kang Jadul.
Sedangkan kegiatan kedua adalah Orasi Budaya, Pertunjukan, serta Pameran Budaya yang akan digelar pada 22 Juni 2023. Selain itu, Lesbumi di Pengurus Wilayah NU (PWNU) dan Pengurus Cabang NU (PCNU) se- Indonesia juga telah dan akan menggelar kegiatan di wilayah masing-masing.
Lesbumi PWNU DI Yogyakarta, misalnya akan menggelar seminar sejarah seni rupa di kampus ISI pada akhir Mei 2023 dan melukis bersama pada Juni 2023. Lalu, PWNU Jawa Timur telah menggelar simposium sastra pesantren dan hasilnya akan dibukukan di tahun ini serta sarasehan seni rupa. Adapun LESBUMI Jawa Barat menghelat “LESBUMI show” dan dendang santri yang ditayangkan di TVNU.