Ahad 23 Apr 2023 03:28 WIB

Bukan Kebahagiaan, Bagi Diaspora Sudan Idul Fitri Tahun ini adalah Kekhawatiran

Muslim Sudan di Melbourne Rayakan Idul Fitri dengan Kekhawatiran

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).
Foto: Instagram @lostshmi via REUTERS
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Dengan berakhirnya Ramadhan, ribuan komunitas Muslim kini menikmati hari raya Idul Fitri. Namun, bagi Muslim Sudan di Melbourne, momen yang harusnya membawa kebahagiaan ini malah diselimuti kekhawatiran.

Presiden Asosiasi Komunitas Sudan Victoria, Mohamed Salih, mengatakan Idul Fitri merupakan salah satu hari terbesar dalam setahun bagi komunitas Muslimnya. Biasanya, mereka akan mengadakan festival dengan lagu dan kebahagiaan.

Baca Juga

"Tahun ini tidak akan seperti itu. Orang-orang hanya akan bersilaturahmi, berdoa dan berbagi makanan," kata Salih dikutip di ABC, Sabtu (22/4/2023).

Ia menyebut oang-orang saat ini tidak memiliki niat merayakannya dengan kemeriahan. Mereka tidak bisa merasakan kebahagiaan di hati, karena kondisi di Sudan saat ini.

Salih mengatakan konflik yang terjadi di Sudan berdampak pada semua orang di komunitas tersebut. Meskipun konflik di Sudan selalu membawa kesulitan bagi masyarakat, pertempuran ini sering kali terbatas pada wilayah yang lebih kecil. Namun untuk kali ini seluruh negara terkena dampaknya.

"Anda hanya perlu berbicara dengan siapa pun. Mereka akan menceritakan kisah-kisah mengerikan tentang apa yang terjadi di rumah dan bagaimana mereka merasa khawatir," ucap dia.

Pertempuran sengit selama berhari-hari antara pemerintah dan pasukan paramiliter di Sudan telah menewaskan ratusan orang. Gencatan senjata diputuskan untuk menghormati Idul Fitri selama 72 jam, di antara dua faksi yang bertikai dan gagal mengakhiri kekerasan.

Ada laporan tentang anak-anak yang berlindung di sekolah, tanpa makanan dan air, sementara pertempuran terus berkecamuk.

Komunitas yang dikelola Salih disebut masih akan mengadakan makan siang Idul Fitri, bagi masyarakat untuk berkumpul dan saling mendukung. Fokus Idul Fitri adalah untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan untuk Sudan.

Anhar Abdelmagid biasanya menghadiri perayaan besar di Melbourne untuk Idul Fitri. Namun, dia belum dapat menemukan kegembiraan di dalamnya tahun ini.

Sang ayah disebut meninggalkan Australia ke ibu kota Sudan, Khartoum, kurang dari sebulan yang lalu. Sang ayah memiliki rencana kembali pada pertengahan April, untuk berada di rumah saat Idul Fitri.

Namun, saat ini ia harus terjebak di negara tersebu tanpa kerangka waktu yang jelas kapan dia bisa kembali ke rumah.

"Dia seharusnya kembali, merayakan (Idul Fitri) bersama kami," kata Abdelmagid. Ia mengatakan biasanya keluarganya akan berbagi makan pagi dan menghabiskan waktu bersama pada Idul Fitri, sebelum menyambut tamu sepanjang hari.

Tahun ini diprediksi tidak akan banyak tamu. Beberapa masyarakat memiliki keluarga yang meninggal akibat konflik di Sudan dalam beberapa hari terakhir.

"Orang-orang di Sudan tidak memiliki listrik. Orang-orang dikurung di universitas dan rumah-rumah orang dihancurkan, anak-anak dibunuh," ujar dia.

Keluarganya merasa sangat khawatir dengan apa yang terjadi di negara tersebut. Mereka bahkan tidak bisa lagi merasakan semangat Idul Fitri.

Salah satu pendiri Endeavour Youth Australia, Mohamed Semra, mengatakan selama minggu terakhir Ramadhan, pemuda Muslim Sudan telah menemukan cara untuk saling mendukung.

Saat pertempuran pertama kali pecah, organisasinya mengadakan Buka Puasa bagi 100 pemuda Sudan. Langkah ini dilakukan untuk menyatukan mereka di lingkungan yang aman, dengan banyak yang memiliki keluarga di Sudan.

"Ada banyak orang Australia yang saya kenal di Sudan yang merasa sangat cemas, termasuk saudara laki-laki saya. Ada saudara laki-laki saya di sana yang pada dasarnya terjebak," ujar dia.

Semra menyebut banyak masyarakat yang ingin tahu bagaimana pemerintah Australia bisa membantu.

Menteri Luar Negeri Penny Wong mengutuk kekerasan di Sudan dalam sebuah cuitan Twitter dan mendesak perdamaian.

"Kami meminta semua pihak untuk mematuhi kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk melindungi warga sipil, aktor kemanusiaan & diplomat. SAF & RSF harus menghentikan permusuhan dan kembali ke negosiasi," kata tweet itu.

Terakhir, Mohamed Salih mengatakan Idul Fitri akan menjadi hari untuk meningkatkan kesadaran bagi warga Muslim Sudan Victoria dan bagi masyarakat umum, untuk saling mendukung satu sama lain.

"Ada banyak kekhawatiran, banyak kesedihan. Tapi ada juga banyak harapan bahwa semuanya akan berakhir dengan lebih baik," ucap dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement