Rabu 12 Apr 2023 11:02 WIB

Mengapa Kebaikan yang Utuh dan Menyeluruh Menggunakan Diksi Ihsan dalam Islam?

Kebaikan dalam Islam mempunyai dimensi vertikal dan horizontal

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi kebaikan dalam Islam. Kebaikan dalam Islam mempunyai dimensi vertikal dan horizontal
Foto: Republika
Ilustrasi kebaikan dalam Islam. Kebaikan dalam Islam mempunyai dimensi vertikal dan horizontal

Oleh : Imam Masjid New York Imam Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Melemahnya spiritualitas kehidupan manusia dan menguatnya tendensi material atau fisikal kehidupan menjadikan manusia dalam esensi kemanusiaannya semakin mengecil. Salah satu indikasi itu adalah semakin minimnya rasa kasih sayang di antara manusia.

menjelaskan minimnya rasa kasih sayang itu menjadikan manusia kurang peduli lagi dengan sesama. Kepedulian dengan sesama ini biasa ditandai dorongan atau motivasi untuk berbuat baik kepada sesama.

Baca Juga

Dalam bahasa agama kebaikan itu diekspresikan dengan beberapa kata. Ada kata al-birru seperti pada ayat: “Bukanlah kebaikan itu sekadar menghadapkan wajah ke arah Timur atau Barat”. Juga dengan kata al-Khaer.

Namun kata yang lebih dominan dan populer adalah kata al-ihsan. Kata yang disebutkan berkali-kali dalam Alquran, seperti “wa bil waalidaen ihsana”. Dan secara khusus disebutkan dalam hadits Jibril: “wa maa al-ihsaan...” 

Kata ihsan yang umumnya diterjemahkan dengan kebaikan yang diambil dari kata “ahsan-yuhsinu-ihsaan” sesungguhnya memiliki makna yang jauh lebih dalam. Ihsan juga mengandung makna husnun atau keindahan dan kecantikan.

"Dengan demikian al-ihsan itu tidak saja melakukan kebaikan. Tapi melakukan kebaikan dengan penuh keindahan, baik secara batin maupun lahir," ujar dia.

Dari pemahaman yang lebih dalam dari kata ihsan itu kita diingatkan akan dua dimensi ihsan. Yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal itulah yang diekspresikan di hadits Jibril: 

 أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Hendaklah engkau menyembah Allah seolah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak sampai ke tingkat penglihatan (batin) itu, yakinlah jika Allah melihatmu.” 

Ihsan secara vertikal seperti ini hanya akan bisa terjadi ketika hati atau batin seseorang mencapai sifat keindahan yang baik. Hati yang yang mencapai tingkat keindahan itulah yang disebut “qalbun saliim” (hati yang selamat, bersih dan sehat).

Sementara dimensi horizontal ihsan itu sesungguhnya adalah ekspresi langsung dari ihsan versi vertikal. Orang yang hatinya bersih akan subur dengan rasa kasih sayang tadi akan mudah tergerak untuk melakukan kebaikan terhadap sesama.

Salah satu wujud nyata dari qalbun saliim itu adalah hilangnya rasa sakit hati kepada sesama. Dan karenanya orang beriman itu karenanya hatinya bersih terjadi koneksi rahmah (ruhamaa baenahum). Sebaliknya jika hati kotor akan terjadi ghillun yang secara khusus dimintakan agar dijaga dari-Nya (wa laa taj’al fii quluubina ghillan).

Ramadhan ini sesungguhnya bulan riyadhoh batiniyah (latihan qalbu) menuju kepada qalbun saliim tadi. Mengesampingkan makanan dan minuman sesungguhnya adalah bentuk komitmen untuk meminimalkan dominasi material dan fisikal yang menjadi kendaraan tendensi egoistik yang tinggi.

Baca juga: 6 Fakta Seputar Saddam Hussein yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Anti Israel  

Sehingga dengan puasa ini hati semakin luas dan bersih kemudian rasa kasih sayang itu semakin meninggi. Dengan kasih sayang itulah akan tumbuh dorongan untuk ihsan, baik pada tataran vertikal maupun juga pada tataran horizontalnya.

Berbuat baik atau ihsan dalam kacamata Islam hendaknya juga dipahami tanpa batasan-batasan kemanusiaan. Karena berbuat baik dalam Islam itu landasannya adalah “rahmatan lil-alamin”. Berbuat baik untuk semua alam semesta, termasuk kepada kolega-kolega non Muslim bahkan non-human sekalipun.

Itulah salah satu makna firman Allah: “Dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. Allah berbuat baik kepada hamba-hambaNya tanpa batas. Makan, minum, nafas dan semua fasilitas dunia diberikan baik kepada yang beriman maupun yang kafir. Itulah juga kebaikan yang Allah perintahkan kepada kita.

Semoga Ramadhan membangun sisi keberkahan dalam bentuk dorongan untuk semakin berbuat baik kepada sesama.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement