Rabu 12 Apr 2023 05:30 WIB

Reaksi tak Terduga Mualaf Hilarion Heagy Setelah Memeluk Islam

Hilarion Heagy mengalami reaksi tak terduga setelah menjadi mualaf dan memeluk Islam.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Hilarion Heagy, mantan pemuka agama non Muslim yang telah menjadi mualaf.
Foto: Anadolu Agency
Hilarion Heagy, mantan pemuka agama non Muslim yang telah menjadi mualaf.

REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL — Menurut mantan tokoh agama non-Muslim dari AS, yang memeluk Islam baru-baru ini, Hilarion Heagy (41 tahun), persepsi Muslim di kalangan orang Amerika secara bertahap mulai berubah. Setelah memeluk Islam, Heagy mengubah namanya menjadi Said Abdul Latif.

“Mengenai bagaimana orang Amerika memandang Muslim secara umum, saya pikir itu perlahan berubah. Untuk waktu yang lama setelah 9/11, kami diberitahu bahwa Muslim dan Islam adalah ancaman terbesar terhadap cara hidup Amerika kami,” kata Latif dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (11/4/2023).

Baca Juga

Latif lebih lanjut menyatakan dalam menanggapi hal ini, beberapa Muslim Amerika berusaha untuk berasimilasi sebanyak mungkin ke dalam budaya dan politik Amerika.

“Saya pikir tingkat sentimen anti-Muslim telah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir karena retorika anti-Muslim telah menurun. Ini tidak berarti bahwa itu tidak ada. Tetapi saya pikir pendidikan dan interaksi umum dengan komunitas Muslim sangat membantu dalam mendorong pemahaman yang lebih dalam dan saling pengertian,” tuturnya.

Dia mengatakan setelah perang di Irak dan Afghanistan, sekitar dua dekade kemudian, Islam tampaknya tidak lagi dianggap sebagai ancaman seperti dulu, dan sistem politik Amerika telah beralih ke mengidentifikasi ancaman baru terhadap 'demokrasi' dan cara hidupnya di era pasca-Covid.

Mengingat perjalanannya ke Islam, Latif mengatakan Islam telah menjadi minatnya selama bertahun-tahun. “Kecenderungan pertama saya untuk masuk Islam datang di awal usia 20-an ketika saya masih mahasiswa di University of Pittsburgh. Tumbuh dewasa, saya memang memiliki banyak paparan Islam,” ungkapnya.

Namun, Latif mengatakan bahwa dia takut untuk "mengambil lompatan" karena dia khawatir tentang apa yang akan dikatakan orang tua dan masyarakatnya.

Dia memasuki biara Ortodoks Rusia pada tahun 2009 dan ditahbiskan menjadi imam pada tahun 2013. "Namun, minat saya pada Islam terus berubah."

Latif mengatakan dia menghadapi reaksi yang tak terduga setelah memeluk Islam. Terutama dari kalangan teman-temannya yang ternyata mereka juga lebih dulu memeluk Islam dan memiliki ketertarikan pada Islam sejak lama.

“Ini menarik, karena beberapa orang yang bereaksi sangat negatif terhadap konversi saya adalah orang-orang yang saya pikir akan merespons secara positif dan sebaliknya. Hal yang sama bisa dikatakan untuk keluarga saya. Yang mengejutkan saya, beberapa teman non-Muslim saya telah mendukung secara positif dan yang mengejutkan saya lebih lanjut, beberapa bahkan telah memeluk Islam sendiri, setelah diam-diam tertarik untuk waktu yang lama juga,” ceritanya.

Dia mengatakan dia tidak menghadapi pernyataan Islamofobia secara langsung tetapi menerima beberapa "komentar kejam" tentang Islam dan Nabi Muhammad. 

Sebelumnya Latif menjabat sebagai imam Ortodoks selama 10 tahun dan hidup sebagai pendeta untuk jangka waktu yang lebih lama. Lalu dia memeluk Islam tahun ini.

Sumber:

https://www.aa.com.tr/en/world/how-americans-view-muslims-slowly-changing-ex-priest-says/2869359

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement