Kamis 06 Apr 2023 23:43 WIB

Peta Politik Timur Tengah Berubah, Ketua MUI: Peluang Melemahkan Israel

Israel menyerang Masjid Al Aqsa.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Polisi Israel mengawal pengunjung Yahudi yang menandai hari raya Paskah ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, menyusul penggerebekan semalam di situs tersebut, di Kota Tua Yerusalem pada  bulan suci Ramadhan, Rabu (5/4/2023) .
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Polisi Israel mengawal pengunjung Yahudi yang menandai hari raya Paskah ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, menyusul penggerebekan semalam di situs tersebut, di Kota Tua Yerusalem pada bulan suci Ramadhan, Rabu (5/4/2023) .

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLNKI) Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyebut saat ini peta politik Timur Tengah sedang mengalami perubahan. Hal ini dinilai bisa menjadi peluang untuk melemahkan Israel.

"Saya berharap betul dengan persatuan di Arab. Saat ini peta politik di Timur Tengah sudah berubah. Hubungan Arab Saudi dan Iran mulai terbuka kembali, atas peran diplomasi dan mediator China," ujar dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (6/4/2023).

Baca Juga

Di sisi lain, ia menyebut Arab Saudi yang semula masih memiliki hubungan diplomatik dengan Israel kini mulai meredefinisi ulang hubungan tersebut. Kerajaan Saudi dinilai melihat hubungan ini tidak cukup banyak memberikan manfaat.

Peran Amerika terhadap Israel juga disebut semakin melemah, yang mana dari segi politik terjadi pergeseran. Semula peran Amerika sangat berat dengan adanya perlindungan (back up) toal, sekarang menjadi agak terpinggir.

"Sekarang petanya berubah. Saya harap normalisasi hubungan Saudi dengan Iran akan berpengaruh pada kondisi ini. Paling tidak, Amerika sudah tidak punya cukup pengaruh seperti yang sudah-sudah dan bisa menjadi kesempatan," lanjut Prof Sudarnoto.

Di dalam negeri, ia menyebut pemerintah Israel sedang mangalami guncangan dan sinyal kemerosotan. Beberapa hari yang lalu terjadi demo besar tentang UU praperadilan, yang dirasa masyarakat sangat membahayakan dan merugikan.

Ekspresi kemerosotan ini lantas disebut ditunjukkan dengan tindakan-tindakan kekerasan petugas keamanan Israel di Masjid Al Aqsa. Selain memang ingin mengambil alih kekuasaan di kompleks masjid, aksi ini juga dinilai menjadi upaya konsolidasi memperkuat diri dan mendapat dukungan di tengah tekanan politik yang ada.

Langkah yang dilakukan Saudi sejauh ini dengan membuka diplomasi dan hubungan dengan negara-negara Arab lainnya disebut sebagai hal yang bagus, yang jika berhasil dapat melakukan tekanan terhadap Israel. Di luar itu, jika muncul tekanan lain dari Turki dan Rusia, disebut akan semakin memperbesar peluang.

"Bagi saya, ini adalah peluang memperlemah Israel, tetapi harus cemat. Kalau tidak, Israel yang akan mengambil momentum," ucap dia. 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement