REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengibaratkan orang yang menerima pelajaran dan meminta petunjuk dari Barat seperti sosok "Firaun". Hal ini disampaikan Nursi dalam bukunya yang berjudul Al-Lamaat terbitan Risalah Nur Press.
"Orang yang menerima pelajaran darimu (maksudnya dari Barat) dan meminta petunjukmu menjadi “sosok Firaun” yang kejam. Bahkan ia adalah seorang Firaun yang hina, sebab ia menyembah sesuatu yang paling rendah dan menjadikan setiap yang bermanfaat sebagai tuhannya," kata Nursi dikutip dari halaman 226.
Menurut Nursi, murid dari Barat itu juga adalah “sosok pembangkang”. Tetapi, ia adalah pembangkang yang malang. Sebab, demi sebuah kenikmatan yang tak ada artinya ia menciumi kaki setan, dan demi sebuah manfaat yang sedikit ia rela merendahkan diri.
"Ia adalah 'sosok yang bengis'. Tetapi di balik kebengisannya sebetulnya ia lemah. Sebab, di dalam kalbunya ia tak memiliki tempat untuk bersandar," jelas Nursi.
Nursi mengatakan, yang menjadi kecenderungan dan perhatian utama murid dari Barat adalah bagaimana memenuhi selera dan hawa nafsunya. Bahkan, kata Nursi, ia merupakan pembuat makar yang mencari keuntungan pribadi di balik nasionalisme dan pengorbanan.
"Dengan makar dan kebusukannya, ia menuruti ketamakan dan kerakusannya. Yang ia cintai hanyalah dirinya sendiri. Bahkan untuk itu ia mau mengorbankan segala sesuatu," ucap Nursi.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Adapun murid Alquran yang ikhlas dan tulus, menurut Nursi, ia adalah “sosok hamba”. Tetapi ia adalah hamba yang tidak mengabdi pada makhluk yang paling besar sekalipun. Ia merupakan hamba yang mulia. Ia tidak mau menjadikan surga—kenikmatan yang agung itu—sebagai tujuannya.
Baca juga: Arab Saudi-Iran Sepakat Damai Diprakarsai China, Ini Reaksi Amerika Hingga Negara Arab
Sebab ia telah menghambakan diri kepada Allah SWT. Ia sosok yang “lemah lembut”. Tetapi ia tidak mau menghinakan diri kepada selain Tuhannya dan kepada selain perintah-Nya. Ia adalah pemilik tujuan luhur dan tekad yang jujur.
Ia “sosok yang miskin”. Tetapi di balik kemiskinannya ia tidak membutuhkan segala sesuatu karena merasa cukup dengan pahala besar yang Allah SWT sediakan untuknya. Ia juga “sosok yang lemah”. Namun ia bersandar pada kekuatan Majikan yang bersifat mutlak.
"Murid Alquran yang tulus itu tidak mau menjadikan surga sebagai tujuan utamanya. Apalagi dengan dunia yang fana ini. Dari sini, pahamilah perbedaan kedua murid tersebut," tutupnya.