Selasa 07 Mar 2023 19:47 WIB

Zakat dan Sedekah Bantu Tanggulangi Kemiskinan

UNHCR telah membantu 1,6 juta pengungsi pada 2022 dengan memanfaatkan zakat.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Desa Berdaya binaan Rumah Zakat yang membina warga di bidang ekonomi agro (ilustrasi). Pada 2022, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) telah membantu 1,6 juta pengungsi dan pengungsi internal (IDP) di lebih dari 20 negara secara global. Dukungan tersebut didapat melalui distribusi zakat dan sedekah yang diterima pada 2022 dari mitra-mitra berbasis Islam yang begitu dermawan.
Foto: dok. Rumah Zakat
Desa Berdaya binaan Rumah Zakat yang membina warga di bidang ekonomi agro (ilustrasi). Pada 2022, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) telah membantu 1,6 juta pengungsi dan pengungsi internal (IDP) di lebih dari 20 negara secara global. Dukungan tersebut didapat melalui distribusi zakat dan sedekah yang diterima pada 2022 dari mitra-mitra berbasis Islam yang begitu dermawan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pada 2022, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) telah membantu 1,6 juta pengungsi dan pengungsi internal (IDP) di lebih dari 20 negara secara global. Dukungan tersebut didapat melalui distribusi zakat dan sedekah yang diterima pada 2022 dari mitra-mitra berbasis Islam yang begitu dermawan.

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) sekaligus pengamat ekonomi syariah dan zakat, Yusuf Wibisono mengatakan, kontribusi zakat dan sedekah sudah diterapkan di Indonesia sejak awal gerakan zakat Indonesia kontemporer. Pada 1990-an, saat itu diinisiasi oleh lembaga amil zakat (LAZ) bentukan masyarakat sipil. Saat itu, telah dilakukan sosialisasi kemanfaatan zakat bagi umat, terutama untuk penanggulangan kemiskinan yang bentuknya sangat luas.

Baca Juga

"Jadi, sejak awal sosialisasi zakat oleh LAZ dalam rangka kampanye sadar zakat secara luas ke publik dilakukan dengan cara memperkenalkan pola baru pendayagunaan zakat yang tidak lagi sekedar bagi-bagi uang atau biasa dikenal sebagai zakat konsumtif," ujar Yusuf kepada Republika, Selasa (7/3/2023).

Bahkan, sejak awal LAZ sudah melakukan inovasi, revitalisasi dan diversifikasi program pendayagunaan zakat untuk meningkatkan modal manusia, aset fisik dan modal finansial si miskin. Dengan program-program pemberdayaan, terutama program kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial dan dakwah, LAZ mengembangkan kapasitas ummat terutama masyarakat miskin sehingga mereka memiliki kemampuan untuk menolong diri mereka sendiri untuk lepas dari kemiskinan.

Bentuk pendayagunaan baru yang dikenal sebagai zakat produktif yang jauh lebih efektif mengangkat nasib kelompok miskin inilah yang kemudian mampu menarik minat dan menggugah kesadaran publik. Sejak itulah potensi zakat nasional mulai tergali, penghimpunan zakat nasional terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Jadi program LAZ untuk pengungsi hanyalah salah satu program dari sekian banyak program LAZ dan itu sudah dilakukan dan disosialisasikan sejak lama ke publik," terangnya.

Yusuf menuturkan, LAZ sejak awal telah menyadari pentingnya sosialisasi kemanfaatan zakat dalam rangka menggali potensi penghimpunan dana zakat. Hal ini karena intensi seseorang membayar zakat tidak hanya dari keyakinan wajibnya zakat dan keyakinan terhadap nilai-nilai agama saja.

"Di sinilah kemudian intensi membayar zakat dari keyakinan dampak sosial zakat dan keyakinan terbantunya orang miskin dari zakat menjadi penting tidak hanya untuk mendorong lebih lanjut willingness to donate namun juga untuk menjaga loyalitas muzakki," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement