Komunitas Armenia Turki dengan menyesal mengutuk tindakan tidak beradab ini dan berharap suatu saat dunia menghadapi berbagai pergumulan betapa cinta dan kedamaian sangat dibutuhkan.
Menilai kerusakan
Sementara itu, Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, datang bersama dengan perwakilan komunitas Muslim negaranya, beberapa pekan setelah insiden pembakaran Alquran yang mengguncang dunia Islam secara luas, sebagai kelanjutan dari pembicaraan yang diluncurkan pemerintahan sebelumnya di Stockholm.
Kristersson "menghargai" dialog yang dia lakukan dengan komunitas Muslim Swedia dan menjawab pertanyaan penting yang diajukan oleh para perwakilan, termasuk situasi dan kejadian terkini, menurut pernyataan dari kantornya di Twitter.
Kepala Asosiasi Islam di Swedia, Tahir Akan, yang termasuk di antara empat yayasan Islam lainnya yang ikut serta dalam pertemuan tersebut, mengungkapkan pertemuan itu diselenggarakan atas inisiatif Kristersson dan berpusat pada meningkatnya kejahatan rasial terhadap Islam di negara tersebut.
“Kami menyampaikan keprihatinan umat Islam di Swedia. Kami menggarisbawahi bahwa Swedia adalah negara yang toleran dan akhir-akhir ini citranya di kancah internasional mulai terbalik,” kata Akan kepada Anadolu Agency (AA).
Baca juga: Mualaf Prancis William Pouille, Kecintaannya kepada Arab Saudi Mengantarkannya ke Islam
Kristersson meyakinkan perwakilan bahwa kantornya peduli dengan dialog dengan komunitas Muslim di Swedia dan akan melakukan yang terbaik untuk mengembangkannya.
Selain protes di seluruh dunia, Muslim dan Yahudi, serta aktivis hak asasi manusia di Swedia turun ke jalan untuk memprotes tindakan Islamofobia Paludan dan pejabat Swedia menjauhkan diri dari protes sambil mengutip kebebasan berbicara.
Demonstrasi berlanjut di Turki, Swedia, Belanda, Denmark, dan banyak negara lain saat orang-orang memperhatikan peningkatan Islamofobia dan menyerukan tindakan untuk melindungi Muslim di Eropa.
Seorang aktivis HAM Swedia menyoroti bahwa pemberian izin untuk tindakan seperti pembakaran Alquran tidak hanya berdampak pada umat Islam tetapi juga membahayakan kelompok agama lain.
"Tindakan Paludan adalah rasisme, Islamofobia, dan anti-Semitisme. Jika hukum tidak bisa menghentikan itu, jelas ada yang salah dengan hukum!" kata ilmuwan politik Helene Sejlert awal pekan ini.
Turki, sebagai target pertama Paludan, sangat vokal dalam mengutuk penodaan tersebut karena para pejabat menyebut Paludan sebagai penipu yang membenci Islam dan berpendapat bahwa insiden itu hanya membuktikan mentalitas kebencian dari Barat. “Apakah mereka memusnahkan Islam dengan membakar Alquran kita? ... Mereka hanya menunjukkan betapa tercelanya mereka,” tutur dia.
Sumber: dailysabah