Ahad 05 Feb 2023 14:16 WIB

Di Balik Serangan Mematikan Bom Pakistan dan Apa Arti Sebagian Besar Korban Polisi?

Taliban Pakistan membantah di balik serangan bom mematikan masjid di Peshawar

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Petugas keamanan berkumpul untuk melakukan shalat jenazah petugas polisi yang tewas dalam serangan bom bunuh diri di dalam masjid, di Peshawar, Pakistan, Senin, (30/1/2023). (Departemen Kepolisian Pakistan via AP)
Foto:

Serangan yang tidak diklaim TTP itu menewaskan sebanyak 141 orang, kebanyakan dari korban adalah anak-anak. Ini sangat mengurangi pengaruh kelompok itu di Pakistan. 

Di tengah kemarahan publik, tentara menghancurkan pusat-pusat militan dan mendorong pemberontak melintasi perbatasan ke Afghanistan.

Kekerasan militan di dalam Pakistan jatuh, namun dalam beberapa tahun terakhir serangan oleh TTP dan lainnya telah meningkat lagi di barat laut Pakistan. 

Setelah Taliban merebut kembali kendali atas Afghanistan pada 2021, mantan PM Pakistan Imran Khan menawarkan kesempatan kepada militan yang bersembunyi di perbatasan untuk kembali ke rumah dan menetap jika mereka meletakkan senjata. 

Para militan kembali tetapi tidak setuju untuk menyerahkan senjata mereka dan disitulah masalah saat ini dimulai. Hal ini menyebabkan dialog yang dimulai oleh Imran Khan terhenti. 

Para pemimpin politik dan militer baru yang masuk setelah dia digulingkan tahun lalu tidak setuju dengan tuntutan militan dan berhenti berbicara dengan Taliban Pakistan. Akibatnya TTP mengakhiri gencatan senjata pada November dan melanjutkan serangan. 

Ashraf Ali, yang menjalankan organisasi donor darah, mengatakan orang-orang di Peshawar hidup dalam ketakutan. 

"Semua orang khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya karena itu adalah perjalanan panjang dari terorisme ke pariwisata di Peshawar dan sekarang lagi Peshawar sangat terpengaruh oleh terorisme,” ungkapnya. 

Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW

Pakistan mengatakan pasukannya siap menghadapi militan. Tapi polisi tetap tidak siap untuk melawan pemberontak yang sangat terlatih dan bersenjata lengkap. 

Serangan militan baru-baru ini termasuk menduduki kantor polisi, dalam beberapa kasus polisi tidak memberikan perlawanan. 

Publik menginginkan kekerasan berakhir untuk selamanya, dan para ahli sekarang menyerukan operasi militer habis-habisan untuk mengalahkan para militan, seperti yang terjadi pada 2014 silam. 

Tetapi orang-orang Pakistan sedih dan kritis terhadap upaya negara untuk menangani militansi, yang telah berlangsung selama dua dekade dalam sebuah siklus yang tampaknya terus berulang. 

Banyak yang berpikir masih ada unsur-unsur dalam keamanan Pakistan dan lembaga sipil yang bersikap lunak terhadap militan dan itulah alasan ancaman tersebut tidak ditangani dengan baik.    

 

Sumber: bbc

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement