Ahad 05 Feb 2023 05:48 WIB

Pertanyaan yang Membuat Mualaf Dawud Tersadar dari Hidupnya Lalu Memeluk Islam

Mualaf Dawud memeluk Islam setelah merenungkan makna dan tujuan hidup

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Dawud David Lynas. Mualaf Dawud memeluk Islam setelah merenungkan makna dan tujuan hidup
Foto:

“Saya dulu bermain rugby semi-profesional. Saya pergi ke Belgia dan Belanda dengan tim saya. Saya melihat hal-hal yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Saya belum pernah melihat distrik lampu merah sebelumnya,"ujar dia. 

Dia pun melihat bagaimana perempuan diperlakukan di sana dan dia bertanya pada diri sendiri, apakah hidup harus seperti itu. “Untuk apa kita diciptakan? Saat itulah saya memiliki titik balik memikirkan hidup," ujar dia.

Meski ada kekhawatiran dari keluarganya, Lynas mengatakan, dia menghadapi rintangan yang lebih besar ketika dia memeluk agama dari sesama Muslim.

“Beberapa Muslim menyarankan saya untuk memberikan segalanya dari kehidupan saya sebelumnya. Itu bukan saran yang bagus," ujar dia.

Awal memeluk Islam seperti masa bulan madu karena mualaf mempraktikkan agama dengan segala cara yang memungkinkan. Karena tidak mungkin tiba-tiba sholat lima waktu atau puasa sebulan penuh.

“Seorang mualaf tidak bisa menandingi orang Muslim lainnya dalam iman mereka. Bahkan para sahabat, ketika mereka bertobat, mereka memiliki ruang untuk berbalik, mereka punya waktu untuk berubah," ujar dia.

Para mualaf membutuhkan seorang mentor untuk membantu mereka melewati masa transisi setidaknya selama satu tahun.

Dawud berpendapat bahwa meskipun niat sesama Muslim tulus, nasihat yang diberikan kepadanya kadang-kadang lebih ditujukan untuk kepentingan pribadi.

Sering kali ketika orang memberi nasihat, mereka seperti mengumpulkan poin. Mualaf bisa mendapatkan 10 orang yang mengajar seorang mualaf bagaimana berdoa.

Seharusnya, hanya ada satu orang yang mengajarinya, tapi semua orang ingin memanfaatkan sistem hadiah, seperti prasmanan. Semua orang ingin memvalidasi diri mereka sendiri dengan berpikir bahwa mereka membawa orang yang masuk Islam ini membuat mereka terlihat baik, begitu juga mazhab mereka atau masjid mereka.

“Mualaf diarak di masjid-masjid, padahal kami benar-benar tidak membutuhkan perhatian seperti itu," ujar dia.

Terlepas dari perhatian yang tidak diminta, Dawud mengatakan bahwa orang yang masuk Islam menghadapi rintangan dalam hal pernikahan.

Orang Asia tidak begitu terbuka untuk menerima seorang mualaf yang menikahi putri mereka. Mualaf dipandang sebagai tidak cukup baik hanya karena perbedaan budaya.

 

 

 

Sumber: Asianimage  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement