REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekelompok Muslim berkumpul di luar Kedutaan Besar Swedia di London, Sabtu (28/1/2023). Mereka memprotes pembakaran Alquran yang provokatif, yang dilakukan oleh seorang tokoh sayap kanan Swedia-Denmark.
Para pengunjuk rasa ini berkumpul sambil memegang beragam slogan, yang mengutuk tindakan ekstremis Islamofobia dan meneriakkan slogan-slogan.
Dilansir di Anadolu Agency, Ahad (29/1/2023), puluhan orang dari berbagai komunitas di Birmingham, Manchester, dan London ini juga melakukan sholat dan membacakan ayat-ayat Alquran di area tersebut.
Pada Jumat (27/1/2023) lalu, politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan, pemimpin Partai Stram Kurs (Garis Keras) sayap kanan membakar salinan Alquran di depan sebuah masjid di Denmark.
Tindakan Islamofobia ini terjadi beberapa hari setelah pemimpin sayap kanan itu membakar salinan Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di ibu kota Swedia, Stockholm, pekan lalu. Hal ini ia lakukan selama aksi protes yang disetujui polisi.
Tidak hanya itu, dia juga mengumumkan akan terus membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat hingga Swedia masuk dalam aliansi NATO.
Kecaman global mengalir atas aksi tersebut. Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, mengutuk tindakan Paludan sebagai hal yang sangat tidak sopan, sementara AS menyebutnya "menjijikkan".
Penodaan Alquran ini memicu protes keras di dunia Muslim. Turki menyebut Paludan sebagai penipu yang membenci Islam dan mengutuk keras izin yang diberikan oleh pihak berwenang untuk tindakan provokatif ini, yang jelas-jelas merupakan kejahatan rasial.
Sumber:
https://www.aa.com.tr/en/europe/muslims-in-london-protest-quran-burning/2800302