REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM–Kementerian Luar Negeri Swedia memperingatkan warganya di Turki untuk menghindari kerumunan dan demonstrasi dalam sebuah pernyataan Sabtu (28/1/2023). Imbauan ini keluar menyusul protes atas pembakaran Alquran oleh politisi sayap kanan di Stockholm pekan lalu.
Pekan lalu Turki menangguhkan pembicaraan dengan Swedia dan Finlandia mengenai permohonan mereka untuk bergabung dengan NATO setelah protes di mana Rasmus Paludan, pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras, membakar salinan Alquran di luar kedutaan Turki di Stockholm. Tindakan Paludan telah menyebabkan demonstrasi di sejumlah negara Muslim dan juga di Turki.
"Orang Swedia di Turki diminta untuk tetap mengikuti perkembangan acara dan untuk menghindari pertemuan besar dan demonstrasi," kata Kementerian Luar Negeri dilansir dari The New Arab, Sabtu (28/1/2023).
"Demonstrasi lanjutan dapat terjadi di luar kedutaan di Ankara dan konsulat jenderal di Istanbul dalam beberapa hari mendatang,"tambahnya.
Setelah protes Paludan, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan dia mendukung kebebasan berbicara. "Tapi yang legal belum tentu pantas. Membakar buku-buku yang dianggap suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan," kata Kristersson di Twitter.
Swedia dan Finlandia mendaftar tahun lalu untuk bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina.Mereka membutuhkan dukungan dari semua 30 anggota Aliansi. Sementara Turki telah mengatakan kepada Swedia khususnya untuk terlebih dahulu mengambil sikap yang lebih jelas terhadap apa yang dilihatnya sebagai teroris, terutama militan Kurdi dan kelompok yang disalahkan atas upaya kudeta 2016, untuk mendukung keanggotaan NATO demi dua negara Nordik.