Kamis 26 Jan 2023 10:35 WIB

Harga Komoditas Ramadhan di Bangladesh Semakin Mahal

Harga sudah mulai naik dua bulan sebelum puasa dimulai.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
 Seorang pedagang Bangladesh menyiapkan makanan selama bulan suci Ramadhan umat Islam di pasar makanan tradisional di Chalk bazar di Dhaka, Bangladesh, 04 April 2022. Muslim di seluruh dunia merayakan bulan suci Ramadhan dengan berdoa pada malam hari dan berpantang dari makan, minum, dan hubungan seksual selama periode antara matahari terbit dan terbenam. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam dan diyakini bahwa turunnya ayat pertama dalam Alquran adalah selama 10 malam terakhirnya. Harga Komoditas Ramadhan di Bangladesh Semakin Mahal
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Seorang pedagang Bangladesh menyiapkan makanan selama bulan suci Ramadhan umat Islam di pasar makanan tradisional di Chalk bazar di Dhaka, Bangladesh, 04 April 2022. Muslim di seluruh dunia merayakan bulan suci Ramadhan dengan berdoa pada malam hari dan berpantang dari makan, minum, dan hubungan seksual selama periode antara matahari terbit dan terbenam. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam dan diyakini bahwa turunnya ayat pertama dalam Alquran adalah selama 10 malam terakhirnya. Harga Komoditas Ramadhan di Bangladesh Semakin Mahal

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Harga barang-barang yang paling banyak dikonsumsi selama Ramadhan, seperti buncis, kacang kering dan kurma, mengalami peningkatan. Hal ini terlihat di pasar grosir di Dhaka dan Chattogram, Bangladesh, sebagai akibat dari kurangnya pasokan bahan pangan, dua bulan sebelum puasa dimulai.

Pedagang dan importir mengatakan harga sebagian besar produk telah stabil di pasar internasional, selama beberapa bulan terakhir. Namun, impor produk tersebut turun akibat kenaikan kurs dolar AS dan rumitnya pembukaan letter of credit (LC).

Baca Juga

Mengingat pasokan barang-barang penting di pasar turun, para pedagang pun mulai menaikkan harga mereka. Di pasar grosir Khatunganj, salah satu pusat komoditas terbesar di negara itu, harga buncis naik sebesar 450 taka Bangladesh atau Rp 65.118,39 per maund (37,3 kilogram) dalam sebulan.

Para pedagang saat ini menjual buncis dengan harga 2.950 hingga 3.300 taka Bangladesh (Rp 426.887 - Rp 477.534) per maund. Untuk kacang polong kering sekarang harganya 1.850 hingga 2.200 taka Bangladesh (Rp 267.708 - Rp 318.356) per maund, naik sekitar 200 hingga 220 taka.

Harga kurma naik 10 taka, menjadi 100 taka (Rp 14.470) per kg, bergantung pada jenisnya. "Jenis yang paling populer dikonsumsi selama Ramadhan dijual dengan harga 130 hingga 900 taka per kg," kata para pedagang dikutip di //The Daily Star//, Kamis (26/1/2023).

Pengecer menjual buncis, kacang polong kering dan kurma dengan harga 5 hingga 15 taka lebih tinggi dari harga grosir per kg. Setidaknya lima pasar ritel, termasuk yang ada di Kazir Deuri, Pasar Karnaphuli, serta Chawkbazar di Chattogram, mengalami penurunan pasokan semua jenis produk dibandingkan dengan permintaan. Di pasar eceran di Dhaka dan Chattogram, buncis kini dijual dengan harga 90-92 taka Bangladesh per kg.

Pemilik Bhai Bhai General Store di Karwan Bazar, Masud Mia, mengatakan harga buncis dan kacang polong naik 3-5 taka per kg. "Ramadan masih dua bulan lagi. Jika tren kenaikan harga terus berlanjut, mungkin akan sulit untuk menurunkannya dalam beberapa hari mendatang," ucap dia.

Di Mirpur Dhaka no. 1 pasar dapur dan pasar Balai Kota Mohammadpur, juga ditemukan buncis dan kacang polong dijual dengan harga lebih tinggi.

Pengecer buah di Karwan Bazar, Aslam Bhuiyan, mengatakan kurma kualitas reguler yang dihargai 120 taka Bangladesh per kg seminggu yang lalu. Untuk saat ini, jenis tersebut dijual dengan harga 130 taka Bangladesh.

Harga kurma berkualitas baik naik sebesar 100 taka, menjadi 300 taka Bangladesh dalam rentang waktu seminggu. "Karena kenaikan harga dolar dan kekurangan pasokan, harga bisa naik lebih jauh," kata Bhuiyan.

Dolar Amerika telah terapresiasi sekitar 25 persen terhadap taka dalam satu tahun terakhir, karena cadangan mata uang asing Bangladesh habis akibat peningkatan impor. Karena kekurangan dolar, bisnis kesulitan membuka LC untuk membeli barang dari pasar internasional.

Presiden Bangladesh Dal Babosayee Samity Shafi Mahmud, platform bisnis yang terlibat dalam perdagangan lentil, mengklaim permintaan saat ini lebih rendah daripada pasokan. "Ramadhan sudah dekat tetapi bisnis sudah menghadapi kesulitan dalam membuka LC karena kekurangan dolar. Jika krisis dolar tidak diselesaikan, harga akan meningkat banyak selama Ramadhan," ujar Mahmud.

Importir komoditas di pasar grosir Khatunganj, Abdul Hakim, mengatakan proses impor biasanya dimulai tiga bulan sebelum Ramadhan. Namun, sejumlah besar barang tertahan di pelabuhan karena rumitnya pembukaan dan penyelesaian LC tepat waktu.

Akibatnya, saat ini sudah ada kecenderungan di kalangan pedagang untuk menimbun barang, dengan tujuan mendapatkan keuntungan lebih tinggi selama Ramadhan. Pemilik Alam Store di pasar Chawkbazar, Alam Hossain, menyebut selain Ramadhan, permintaan akan buncis dan kacang polong selalu ada. Harga barang-barang ini biasanya naik 15 hari menjelang Ramadhan.

"Sekarang harga sudah mulai naik dua bulan sebelum puasa dimulai. Ini sebagian besar karena kelangkaan pasokan. Mekanisme kontrol harga apa pun tidak akan berfungsi jika impor tidak kembali normal," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement