REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan angkat suara terkait aksi protes pembakaran Alquran yang terjadi di Swedia. Ia menyebut Swedia tidak seharusnya mengharapkan kabar baik dari Turki untuk dukungan NATO, jika tidak menunjukkan rasa hormat kepada Islam.
"Mereka yang menyebabkan aib seperti itu di depan kedutaan kami, seharusnya tidak mengharapkan belas kasihan dari kami terkait permohonan keanggotaan NATO mereka," kata Erdogan setelah rapat Kabinet di ibu kota Ankara, dikutip di TRT World, Selasa (24/1/2023).
Pernyataan tajam Erdogan muncul setelah Rasmus Paludan, pemimpin sayap kanan Partai Stram Kurs (Garis Keras) Denmark, di bawah perlindungan polisi dan dengan izin dari Pemerintah Swedia membakar salinan Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Sabtu (21/1/2023).
Erdogan menambahkan, jika Swedia tidak menghormati keyakinan agama umat Islam di Turki dan di seluruh dunia, Swedia tidak akan menerima dukungan apa pun dari Ankara. Erdogan juga mengkritik protes baru-baru ini dari para pendukung kelompok teror terlarang PKK, yang diizinkan dilanjutkan oleh kota Stockholm.
"Jika mereka sangat mencintai anggota organisasi teroris dan musuh Islam, kami menyarankan mereka mendelegasikan pertahanan negara mereka kepada mereka (kelompok teroris)," katanya melanjutkan.
Dalam lebih dari 35 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa, bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40 ribu orang, termasuk wanita, anak-anak, dan bayi. Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada Mei. Mereka mengabaikan non-blok militer selama beberapa dekade, sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.
Turki, anggota NATO selama lebih dari 70 tahun, menyuarakan keberatan. Negara ini menuduh kedua negara mentoleransi dan bahkan mendukung kelompok teror, termasuk PKK. Untuk diketahui, setiap negara yang bergabung dengan NATO membutuhkan persetujuan bulat dari negara-negara anggota.
Turkish President Erdogan slams Quran burning incident in Sweden:
- No individual has freedom to insult faith of Muslims or other religions
- Such actions will be subject to heavy sanctions
- It insults all who respect people's fundamental rights, freedoms, especially Muslims pic.twitter.com/7iGGzcqADB
— TRT World (@trtworld) January 23, 2023
Sebelumnya, Kepresidenan Urusan Agama Turki, Diyanet, mengumumkan rencana mengambil tindakan hukum di luar negeri terhadap insiden tersebut. Ketua Urusan Agama Ali Erbas mengatakan, perwakilan dan konsultan badan keagamaan di 120 negara memprotes insiden tersebut.
"Kami akan mengangkat suara kami, tidak hanya menentang insiden pembakaran Alquran yang keji di Swedia, tetapi juga terhadap serangan Islamofobia di negara-negara Eropa," ucapnya.
Erbas mengatakan Kepresidenan Urusan Agama Turki dan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) merencanakan pertemuan daring mengenai masalah ini pada Rabu (25/1/2023). Pihaknya juga akan menghubungi perwakilan dari berbagai organisasi melalui surat.
"Kami akan menunjukkan sikap kami atas serangan terhadap Alquran dan masjid, dengan menulis surat ke berbagai tempat,” kata Erbas. Ia pun mendesak suara bersama melawan serangan anti-Muslim di seluruh dunia.
Baca juga : Erdogan Ancam Swedia tak Dapat Dukungan Masuk NATO