REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah gagas pemikiran- pemikiran konkrit dalam rangka membantu mengatasi berbagai problem lingkungan yang dihadapi masyarakat di kawasan pesisir (utamanya pesisir utara) Jawa Tengah.
Sebab, membantu menangani persoalan yang dihadapi umat menjadi salah satu tugas utama NU. Di lain pihak, persoalan linkungan yang dihadapi oleh masyarakat yang ada di pesisir utara Jawa Tengah juga semakin krusial.
“Masyarakat pesisir Jawa Tengah sangat membutuhkan pendampingan dalam menghadapi persoalan bencana rob maupun banjir,” ungkap Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidillah Shodaqoh, pada ‘Rembuk Batir Warga Pesisir: Merawat Pesisir Menjaga Masa Depan Kehidupan’ yang digelar Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PWNU Jawa Tengah, di Ponpes Al-Itqon, Tlogosari, Kota Semarang, Selasa (10/1/2022) malam.
Menurut KH Ubaidillah Shodaqoh, sudah menjadi kewajibannya atas nama pribadi maupun organisasi untuk mencarikan solusi atas sejumlah masalah yang muncul di masyarakat, tak terkecuali problem lingkungan yang dihadapi masyarakat pesisir.
Sejumlah bencana yang muncul, jelasnya, merupakan peringatan atas tingkah laku manusia, baik bagi mereka yang berbuat dan bagi semua. Bisa jadi, yang salah mungkin dari orang jauh, tetapi yang dapat musibah di Demak atau Pekalongan.
“Allah SWT, telah memberikan peringatan agar umat juga memelihara diri dari siksaan --yang tidak khusus-- menimpa orang- orang yang zalim saja,” lanjut ulama yang akrab disapa Gus Ubaid ini.
Dalam forum ini, Ketua PWNU Jawa Tengah, KH M Muzammil mengatakan, saat ini banyak masalah terkait lingkungan. Dahulu desa sangat asri dan sungai- sungainya yang kecil pun banyak ikan.
Sekarang kondisinya sudah berbeda jauh, seolah- olah lingkungan sudah tidak ramah lagi pada manusia bahkan mahluk hidup lainnya. Atas dasar itu, semua perlu menganalisa, kenapa ini bisa terjadi.
Terlebih --dari sisi teologi-- manusia itu adalah ‘pemimpin’ di muka bumi ini. “Sekarang kondisinya manusia terdesak oleh alam, maka perlu kita cermati akar masalahnya dan mencari solusi dari permasalahan itu,” jelasnya.
Maka, tegas Muzamil, semua harus tetap optimistis untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul. “Masih ada waktu ikhtiar untuk memperbaiki alam dan negara juga harus hadir untuk melindungi rakyat,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, Sukirman mengatakan, terkait problem lingkungan di Kota Pekalongan, wakil rakyat bisa memfasilitasi untuk bertemu dengan dinas- dinas terkait hingga gubernur.
Seperti yang sudah dilakukan dengan Sekda Kota Pekalongan, untuk menyiapkan rumah pompa guna mengatasi banjir dan rob kepada gubernur kendati untuk mewujud pompa tersebut ada proses yang harus dilalui.
Ia juga mengajak masyarakat tetap optimis mengatasi persoalan. “Misal disebutkan Pekalongan bakal tenggelam, hal itu jangan jadi teror namun menjadi peringatan untuk terus berikhtiar,” tegasnya.
Anggota Pansus Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) DPRD Jawa Tengah, Syarif Abdillah menegaskan, pansus memegang amanah untuk berusaha membuat aturan yang pro lingkungan.
Karena orientasinya adalah untuk menyelamatkan generasi ke depan. “Kita harus terus melakukan evaluasi dan juga tetap optimis persoalan dapat ditangani,” ungkap Ketua Fraksi PKB DPRD Jawa Tengah ini.
Salah satu warga Kecamata Sayung, Kabupaten Demak, Kamandoko menyebut, hampir semua wilayah di kecamatannya tenggelam akibat problem lingkungan yang sudah akut.
“Karenanya, kami butuh lagi semacam tanggul, termasui rusunawa bagi warga yang sudah tidak mampu membangun tempat tinggal,” katanya.