Rabu 11 Jan 2023 10:32 WIB

‘Muslimah Penutup Aurat adalah Ratu Umat Islam’

Muslimah yang menutup aurat harus berjuang di tengah islamfobia.

Ilustrasi Muslimah masa kkini mengenakan jilbab menutup aurat.
Foto: istimewa
Ilustrasi Muslimah masa kkini mengenakan jilbab menutup aurat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menjadi muslimah yang menutup aurat saat berada di ruang publik sungguh tidak mudah. Terlebih mereka yang berada di negara dengan dinamika islamfobia yang tinggi. Sudah pasti mendapatkan sindiran, celaan, makian, dan diskriminasi.

Namun hal itu jangan sampai menjadi pematah semangat. Justru harus menjadi energi yang menguatkan setiap Muslimah untuk konsisten menutup auratnya. 

Hal itu disampaikan oleh pendakwah alumni lembaga pendidikan Islam di Yaman, Mesir, dan Madinah, Ustaz Abu Taymiyyah MJ. Pendakawah di UK tersebut menjelaskan, setiap kali Muslimah mengenakan jilbab atau hijab saat berada di luar, maka dia meyakini, Allah melimpahkan pahala kepada mereka. 

Dia mengatakan, muslim laki-laki tidak mengenakan jilbab, karena aurat mereka berbeda. Namun, Muslimah, kini menghadapi tantangan yang hebat. Banyak wanita tidak mengenakan jilbab, mengumbar aurat, menunjukkan lekuk tubuh. Juga menampilkan fesyen terbaru sambil menunjukkan auratnya.

“Muslimah terpanggil menutup auratnya di tengah situasi penuh tantangan seperti itu demi mengamalkan keyakinannya. Sungguh mereka itu punya pertahanan yang luar biasa. Kuat seperti orang yang terus memegang batu panas. Maksudnya adalah Muslimah masa kini berjuang sangat keras,” kata Ustaz Abu Taymiyya.

Dia menjelaskan, sangat bangga kepada Muslimah yang demikian. Semoga Allah melindungi Muslimah yang seperti itu. “Kamu (muslimah yang menutup aurat) adalah ratu umat masa kini,” jelasnya.

Berdasarkan sejumlah data, pengguna fesyen muslim terus bertambah setiap tahunnya. Bila merujuk data The State of Global Islamic Economy Report 2018/2019, Indonesia menjadi runner up negara yang mengembangkan fesyen muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab. Padahal pada laporan tahun sebelumnya, Indonesia tidak termasuk dalam 10 besar. 

Sementara data lain menunjukkan konsumsi belanja Indonesia dalam hal busana muslim mencapai 20 miliar Dolar AS (sekitar Rp 279,03 triliun). Ini jumlah terbesar ketiga di antara negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Pasar global busana muslim saat ini mencatat 270 miliar Dolar AS atau setara dengan Rp 3.830 triliun. Proyeksi ke depan tentu akan terus meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement