REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Manuskrip kuno yang dikoleksi King Faisal Center for Research and Islamic Studies di Riyadh adalah harta karun tak ternilai dari pengetahuan agama, sejarah, ilmiah, dan filosofis yang telah memungkinkan para sarjana untuk membuka masa lalu yang luar biasa di kawasan itu.
Dibuat jauh sebelum penemuan mesin cetak pada 1400-an, tulisan-tulisan ini telah memberi otoritas agama dan akademisi wawasan yang kaya tentang bagaimana peradaban Timur Tengah lahir, berkembang, dan berevolusi dan selama berabad-abad.
Teks-teks tulisan tangan ini, banyak di antaranya didekorasi dengan indah oleh kaligrafer terampil, dengan ilustrasi hiasan dan peta rumit yang berbeda dengan zamannya, masih diteliti oleh pustakawan, ilmuwan, arsiparis, dan kurator bahkan hingga hari ini.
Segala sesuatu mulai dari masa pra-Islam hingga edisi paling awal dari Taurat, Alkitab, dan Alquran disusun dengan susah payah, seringkali selama bertahun-tahun dan oleh banyak penulis, semuanya demi melestarikan sejarah.
Dilansir dari Arab News, Ahad (8/1/2023), KFCRIS memiliki perpustakaan artefak yang luas, termasuk lebih dari 28.500 manuskrip fisik langka dan 120 ribu karya foto.
Didirikan pada 1983, KFCRIS berfungsi sebagai repositori untuk Arsip Keluarga Faisal dan saat ini dianggap sebagai salah satu koleksi budaya terkemuka di Kerajaan karena kontribusinya terhadap humaniora dan ilmu sosial.
Pameran Asfar yang akan berakhir pada Februari 2023, telah menampilkan beberapa teks Arab dan Islam paling langka di dunia, termasuk 36 manuskrip dan karya cetak yang dipilih dengan cermat dari 178.500 karya asli dan foto yang disimpan dalam arsipnya.
Pameran ini, dinamai sifr yang bermakna jamak dalam bahasa Arab, memiliki arti "buku besar" atau "buku kecil," telah memamerkan beberapa teks dan manuskrip paling langka di dunia yang berasal dari ratusan tahun yang lalu.
"Istilah 'asfar' bisa berarti perjalanan dan pelayaran di mana pengunjung dapat melakukan perjalanan melalui isi buku," kata Rasha Ibrahem Al-Fawaz, Direktur Museum Pusat itu, kepada Arab News.
Pameran ini menyoroti buku dan manuskrip yang paling berbeda dan unik di KFCRIS. Pameran telah dibagi menjadi enam bagian, yang pertama adalah perjalanan pengetahuan, pameran ini menceritakan kisah tentang bagaimana sains ditransmisikan lintas peradaban, sambil menampilkan berbagai manuskrip, salah satunya "Kalila wa Dimna" dimiliki Raja Faisal.
Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni
Bagian kedua menampilkan tiga manuskrip yang berusia lebih dari seribu tahun, ditampilkan sebagai contoh kaligrafi Arab selama berabad-abad, termasuk "Al-Bayan wa Al-Tabyin," yang diterjemahkan sebagai "Keanggunan Ekspresi dan Kejelasan Eksposisi," oleh Al-Jahiz.
Bagian berikutnya menampilkan tiga karya yang mencerminkan kontribusi perempuan terhadap masyarakat masing-masing, termasuk Bab Bashir, permaisuri Khalifah Abbasiyah Al-Musta'sim, dan Umm Al-Husayn bint Shihab Al-Din Al-Makki.
Yang keempat, "By the Author’s Hand” memamerkan sembilan karya penyalin. "Yang paling menonjol dari barang-barang yang dipamerkan dalam pameran ini adalah Mamluk Condex of the Qur'an, sumbangan Sitt Miska, pengasuh Sultan Ahmed Qalawun," kata Al-Fawaz.
Salah satu manuskrip paling unik bagian keempat adalah 'Kitab Al-Ibar wa Diwan Al-Mubtada wa Al-Khabar,' karya Ibnu Khaldun.