Sabtu 07 Jan 2023 19:03 WIB

Pemkot Surabaya Motivasi Siswa MI tak Sekolah Terkendala Buku Pelajaran

Wali Kota Surabaya memberikan bantuan agar siswa MI itu mau sekolah.

Ilustrasi siswa madrasah ibtidaiyah.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Ilustrasi siswa madrasah ibtidaiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Wali Kota Surabaya Armuji memberikan motivasi seorang siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat SD di Tambak Deres Bulak, Bulak, Surabaya, Fathul Arifin, yang tidak mau sekolah karena terkendala buku pelajaran.

"Kemarin (6/1) saya mendatangi kediaman Fathul Arifin. Untuk tanggungan buku pelajaran (LKS/Lembar kerja siswa) sudah saya bayarkan supaya bisa sekolah lagi," kata Cak Ji panggilan akrab Armuji melalui keterangan tertulisnya di Surabaya, Sabtu.

Diketahui alasan Fathul Arifin tidak mau bersekolah karena tidak mempunyai buku pelajaran, sehingga malu dengan teman-temannya. Kabar tersebut sempat terdengar oleh Anggota Komisi C DPRD Surabaya Abdul Ghoni Mukhlas Ni?am sehingga datang mengunjungi kediaman Fathul Arifin yang berada di Jalan Bogoramin 2/6 A, Kecamatan Bulak, Surabaya.

Sedangkan ayah Fathul, Moch Imron bekerja sebagai tukang las serabutan di Bronggolan, Surabaya dengan penghasilannya Rp900 ribu per bulan dan itu tidak menentu. Sedangkan ibunya tidak bekerja.

Untuk kekurangan kebutuhan sekolah Fathul saat ini sebesar Rp485 ribu dengan rincian berupa dua buku semester 2 sebesar Rp250 ribu, infaq bulan Januari sebesar Rp75 ribu rupiah, kalender sebesar Rp10 ribu rupiah, infaq semester 1 kurang Rp150 ribu.

"Nanti akan dikomunikasikan agar mendapatkan keringanan dari sekolah karena status orang tua merupakan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah). Tapi saya berikan motivasi semangat belajar juga harus dijaga sehingga nanti dapat menjadi generasi unggul yang mampu diharapkan," kata cak Ji.

Ibu dari Fathul, Siti Sumaiyah sebelumnya mengatakan, pihak sekolah sudah menghubungi dan disuruh masuk anaknya, tapi Fathul ini tetap tidak mau karena malu belum punya bukunya.

"Sudah tiga hari tidak masuk sekolah," ujar Siti.

Siti menjelaskan, ayah Fatkhul dulu sempat berjualan keliling es saridele sehingga masih mampu mencukupi kehidupan sehari-hari termasuk menyekolahkan anaknya. Namun karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akhirnya terpaksa bekerja sebagai tukang las di Bronggalan dengan gaji seadanya.

Sementara, adik dari Fathul yang bernama Shakiya Almahira Zea juga salah satu anak yang tercatat stunting atau kerdil di Kecamatan Bulak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement