REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkomitmen untuk menjaga status quo kompleks Masjid al-Aqsa. Seorang pejabat di kantor Netanyahu melontarkan pernyataan tersebut pada Selasa (3/1/2022) setelah kunjungan Menteri Keamanan Nasional ultranasionalis, Itamar Ben-Gvir, yang memicu kecaman Arab.
Pejabat itu mengatakan, para menteri telah mengunjungi kompleks itu di masa lalu sesuai dengan status quo. Hal ini memungkinkan umat Islam untuk beribadah di tempat suci dan agama lain hanya boleh berkunjung.
Ben-Gvir yang merupakan tokoh ultranasionalis mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem untuk pertama kalinya pada Selasa (3/1/2022) sejak menjabat dalam pemerintahan baru Israel. Ben-Gvir datang ke situs suci tersebut dengan dikawal oleh petugas polisi.
Ben-Gvir telah lama menyerukan akses lebih besar bagi orang Yahudi ke situs suci itu. Palestina menilai seruan Ben-Gvir ini sebagai tindakan provokatif dan upaya untuk mengambil kendali penuh atas kompleks Masjid Al-Aqsa. Sebagian besar rabi melarang orang Yahudi berdoa di situs tersebut.
Tetapi telah terjadi gerakan yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir dari orang Yahudi yang mendukung ibadah di situs suci itu.
Situs tersebut sering menjadi tempat bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina dan pasukan keamanan Israel.
"(Kompleks Masjid Al-Aqsa)terbuka untuk semua orang dan jika Hamas berpikir bahwa mereka akan mengancam saya, dan akan menghalangi saya, mereka harus memahami bahwa waktu telah berubah," ujar Ben-Gvir.
Juru bicara Hamas, Hazem Qassem mengatakan, kunjungan Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al-Aqsa adalah kelanjutan dari agresi pendudukan Zionis di tempat-tempat suci umat Islam. “Rakyat Palestina kami akan terus mempertahankan tempat suci mereka dan masjid Al-Aqsa,” katanya.
Ofir Gendelman, yang telah lama menjabat sebagai juru bicara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berbahasa Arab, merilis sebuah video yang menunjukkan bahwa situasi di tempat suci tetap tenang setelah kepergian Ben-Gvir. Ben-Gvir adalah kepala faksi religius ultranasionalis, Jewish Power. Dia memiliki sejarah menghasut orang Yahudi untuk memerangi warga Palestina.