Sabtu 31 Dec 2022 00:05 WIB

Memaknai Pergantian Tahun tanpa Sia-Sia: Apa yang Perlu Dilakukan Muslim?

Umat Islam diperkenankan bergembira menyambut tahun baru masehih.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Warga membeli balon untuk anak mereka saat malam pergantian tahun 2021/2022 di kawasan Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (1/1/2022) dini hari. Memaknai Pergantian Tahun tanpa Sia-Sia: Apa yang Perlu Dilakukan Muslim?
Foto:

Apa makna pergantian tahun?

Ya kita berpikir, merenung, berterima kasih kepada Allah. Kita sudah diperkenankan hidup, diperkenankan mendapatkan nikmat-nikmatnya.

Dengan adanya pergantian tahun, kita jadi tahu bahwa ‘kontrak' hidup kita sudah berkurang. Itu bisa jadi perenungan untuk kita agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kita sudah diizinkan oleh Allah menikmati usia yang diberikan, menyongsong tahun yang berikutnya, untuk apa? Tentunya untuk terus menjadi hamba yang baik. Menatap hari esok dengan optimistis, tidak keluar dari pakem syariat.

Bolehkah melakukan selebrasi pergantian tahun dalam Islam?

Boleh-boleh saja. Asal jangan sampai melanggar aturan syariat, ya. Jangan sampai, misalnya, mau bakar ayam, ayamnya malah nyolong punya tetangga. Tidak boleh berlaku maksiat ataupun kejahatan.

Kalau mau bakar ayam, ayamnya harus dari hasil yang halal. Kumpul-kumpul dengan keluarga dan makan-makan saat tahun baru, boleh saja. Bagus, kan, untuk mengeratkan silaturahim. Asal, sekali lagi, tidak keluar dari syariat, ya.

Kita harus paham umat Islam tidak boleh mencampurkan antara urusan yang prinsipil (syariat) dengan urusan yang tidak prinsipil. Kalau sekiranya perayaan tahun baru itu mengandung unsur yang sia-sia, lebih baik kita tinggalkan. Daripada kita terjerumus ke dalam dosa, kita harus hindarkan diri dari aktivitas yang memicu dosa.

Adakah amalan-amalan ibadah yang dapat dilakukan pada pergantian tahun?

Kalau tahun baru Islam (Muharram), ada ya. Tapi kalau tahun baru Masehi, tidak ada amalan ibadah khusus untuk momentum ini. Tapi jika kita mau melakukan ibadah-ibadah sunnah yang harian, silakan saja. Sah-sah saja, tidak apa-apa.

Misalnya kita dzikir, beribadah berjamaah. Nah, itu lebih baik. Lebih bernilai di mata Allah dibanding kita melakukan selebrasi yang bersifat mubazir, insya Allah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement