REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR SERI BEGAWAN -- Kemampuan dan potensi kaligrafi Islam asal Indonesia mendapat sanjungan di Khat Competition 2022 tingkat ASEAN. Indonesia disebut memiliki banyak talenta di bidang tersebut.
Pujian ini disampaikan Presiden Perhimpunan Kaligrafi Nasional Malaysia, Dr Abdul Rahman bin Haji Hamzah. Ia mengatakan tidak heran jika melihat peserta Indonesia berlaga di Kompetisi Khat Tingkat ASEAN 2022.
Indonesia disebut memiliki banyak talenta di bidang tersebut, mengingat banyaknya lembaga pendidikan yang diarahkan secara khusus terhadap kaligrafi Islam (khat).
Berbicara sebagai salah satu juri lomba, Dr Abdul Rahman juga menceritakan pihak sekolah melatih para siswanya untuk tidak hanya mengenal metodologi penulisan dan teknik kaligrafi, tetapi juga mengikuti lomba kaligrafi.
Selain itu, Indonesia memiliki banyak kompetisi kaligrafi Islam dengan hadiah besar yang ditawarkan. Sekolah pun mewajibkan siswa untuk bersaing agar mereka mendapat pengalaman, sehingga mereka lebih maju di bidangnya daripada negara lain.
“Mereka bersaing satu sama lain dan saling memberikan umpan balik yang baik, yang semakin memotivasi mereka masing-masing," ujar dia dikutip di Borneo Bulletin, Ahad (25/12).
Para kaligrafer ini melihat ke dalam detail pekerjaannya bersama-sama. Dalam kaligrafi, ia menyebut tidak bisa menemukan semua kesalahan sendirian, tetapi bekerja dalam kelompok membantu membuat pekerjaan menjadi rapi.
Di Brunei, Pusat Studi Kaligrafi dan Seni Islam Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah (PPKKI-YSHHB) merupakan pusat pembelajaran yang menawarkan program dan memberikan layanan untuk memperluas pengetahuan, efisiensi dan keterampilan seni Islam, menuju tulisan Jawi yang bermartabat khususnya seni kaligrafi Islam. Terletak di Rumah Semaun di Jalan Jerambak, pusat ini juga memiliki galeri yang terbuka untuk umum.
Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah juga merupakan tuan rumah untuk ajang kalografi ini. Kompetensi setingkat ASEAN tersebut digelar untuk pertama kalinya, sebagai peringatan 30 tahun berdirinya mereka.
Dalam ajang ini, kaligrafi asal Indonesia berhasil menempati tiga juara besar. Mereka adalah Huda Purnawadi, Miftahul Huda dan Muhammad Syamsudin.
Miftahul Huda menyebut ia sempat berpikir untuk tidak mengikuti kompetisi ini, mengingat waktu persiapan yang singkat. Namun, teman-teman yang juga berpartisipasi dalam kompetisi ini membujuknya untuk mencoba.
Semangat ini pun membuat mereka menghabiskan lima malam tanpa tidur untuk menyelesaikan karya-karyanya. Dia pun merasa senang dan bersyukur, mengingat keputusan di menit terakhirnya ini membuatnya berada di posisi kedua.
Miftahul mengatakan minatnya pada kaligrafi Islam dimulai sejak masa kecil. Ia mulai serius menekuni hal ini pada 2012, setelah dikenalkan dengan salah satu gurunya dari Turkiye. Ia pun menyebut masih belajar di bawah bimbingan beberapa mentor kaligrafi lainnya.
Ini adalah ketiga kalinya dia masuk tiga besar untuk kompetisi kaligrafi Islam. Kemenangan pertamanya datang saat mengikuti sebuah kompetisi di provinsi Jawa Tengah pada 2012 dan pada tahun yang sama menjadi juara kedua dalam sebuah kompetisi di Sabah, Malaysia.
Terkait posisinya sebagai juara kedua di kompetensi tingkat ASEAN ini, ia menyebut sama sekali tidak menduga karena sesama peserta sangat kompetitif.
Ia pun berharap kaligrafi Islam terus menjadi bagian dari hidupnya. Ia menyadari kemampuannya menimbulkan harapan yang besar, sehingga kemenangan ini tidak hanya untuknya tetapi juga untuk teman-temannya di Tanah Air.