Kamis 22 Dec 2022 12:05 WIB

Pancasila, Sekadar Dogma atau Sudah Dipraktikkan Secara Nyata? Ini Kata Guru Besar UII

Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa bernegara.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Pancasila dan agama. Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa bernegara
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Pancasila dan agama. Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa bernegara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Amir Mualim, menyebut mengamalkan nilai-nilai Pancasila bisa dilakukan seperti seorang umat dalam beragama. Antara narasi dan teori yang digaungkan harus sama dengan aksi yang dilakukan. 

Dia pun mengutip kalimat yang pernah disampaikan oleh seorang motivator Ary Ginanjar Agustian. Dia pernah menyebut "Banyak orang berilmu, tapi ilmu yang dimiliki tidak masuk di dalam hati. Banyak orang yang berilmu tapi ilmunya tidak saling melengkapi. Banyak orang yang berilmu tetapi ilmunya tidak ada aksi."

Baca Juga

"Ungkapan ini saya kira berkaitan dengan pesan-pesan luhur dalam agama Islam dan agama lain, yang memiliki kepercayaan dalam konteks yang berhubungan dengan masalah-masalah jati diri sebagai orang beragama," ujar Amir Mualim dalam kegiatan Dialog Kebangsaan Pancasila dan Tonggak Peradaban Bangsa secara daring, beberapa waktu lalu.

Terkait ungkapan 'Orang yang berilmu tapi tidak masuk ke dalam hati' disebut sesuai dengan pesan luhur yang tertulis dalam surat Al-Baqarah ayat 44. 

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir

Inti dari ayat tersebut adalah memberi peringatan akan banyaknya orang yang membagikan ilmu dan konsep, tapi diri sendiri lupa sehingga tidak masuk ke dalam hati dan diinternalisasikan.

Amir Mualim pun menyebut Pancasila sudah lama dijadikan sebagai landasan filosofi, yang mana banyak jargon-jargon di luar terkait hal ini. Salah satunya adalah Pancasila itu sakti dan NKRI harga mati. 

Jargon ini memiliki makna Pancasila adalah kata-kata yang sakti dan tidak tertandingi. 

Masyarakatnya pun dibingkai dalam satu-kesatuan, meskipun berbeda-beda, yaitu NKRI sebagai wadah untuk beraktivitas. 

Terkait pemaknaan dan penghayatan Pancasila, dia mengingatkan tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4 yang sempat digaungkan pada masa Orde Baru. Hal ini sempat disepakati sebagai AP MPR No 2 Tahun 1978. 

"Ini merupakan bagian penting yang perlu dilihat ulang, tentang bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai dari lima sila dalam Pancasila di kehidupan. Di dalamnya berisikan pedoman, seperti rujukan saat kita beragama dengan hadits dan tafsir," lanjut dia. 

Jika dibedah secara seksama, bagian-bagian dari sila yang diatur dalam butir-butir P4 ini disebut merupakan acuan, yang tidak hanya berfungsi dalam hal ke-Indonesiaan tapi juga konteks yang lebih luas. 

Dia pun menyebut ada beberapa aspek penting yang bisa dijadikan narasi terkait dengan Pancasila, sila di dalamnya dan P4.

Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat

 

Sila Pertama contohnya, Ketuhanan Yang Mahaesa, dalam konteks membangun kebersamaan ada butir yang menyebut membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa. 

"Kalau kita membedah dari butiran-butiran itu, sudah bisa dijadikan pedoman bagaimna melakukan upaya-upaya melestarikan Pancasila, tidak hanya bunyi tapi juga aksi. Kita kadang kala kaya dengan narasi, tapi kering dalam aksi," kata guru Besar UII ini.

Hal ini disebut sama seperti ungkapan terakhir yang disampaikan Ary Ginanjar, yang juga tertuang dalam surat As-Shaff ayat 2 dan 3. 

Di ayat tersebut Allah SWT memberikan teguran bagi semua pihak, karena banyak yang memberikan ungkapan, teori, maupun narasi, tapi kering dalam aksi. 

Adapun aksi yang bisa dilakukan dalam hal bernegara dan mengamalkan Pancasila adalah dengan menegakkan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya. Dari lima sila yang ada, hakikat Pancasila adalah satu kesatuan yang utuh, yang mana tiap sila adalah bagian yang tidak terpisahkan antara satu dan yang lain. 

"Apa yang kita miliki, ilmu yang dipelajari, tidak sekadar kata-kata tapi dilakukan dalam fakta-fakta. Tidak hanya dalam dogma narasi, tapi juga aksi," ucapnya.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement