Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Peneliti Islam di Betawi dan Jakarta, Redaktur Mediaislam.id
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejak bulan Juli sampai awal Desember 2022, Jakarta Islamic Centre (JIC) melakukan kegiatan riset berupa inventarisasi karya-karya tafsir Alquran dan hadits dari ulama Jakarta. Hasil inventarisasi ini untuk melestarikan dan mengembangkan tafsir Alquran dan hadits tersebut yang bermanfaat bagi umat, bangsa dan negara. Dan saya dipercaya untuk menuliskan hasil risetnya menjadi sebuah buku yang berjudul Mengenal Tafsir Alquran & Hadits Ulama Jakarta.
Riset tersebut dilakukan JIC karena masih ada karya intelektual ulama Jakarta di bidang tafsir Alquran dan hadits yang belum banyak diketahui kalangan akademisi, apalagi masyarakat awam. Seperti Tafsir Jawahir Alquran karya salah seorang ulama Betawi terkemuka, Almagfurlah Abuya KH Saifuddin Amsir.
Kitab Tafsir Jawahir Alquran yang disusun oleh Abuya KH Saifuddin Amsir terdiri atas 4 jilid. Jilid pertama penulisan tafsir dari surat al-Fatihah hingga surat Yusuf. Jilid kedua dari surat Ar-Ra'du hingga surat As-Syu'ara. Jilid Ketiga dari An-Naml hingga surat Asy-Syura dan Jilid keempat dari surat Az-Zukhruf hingga surat An-Nas.
Dalam Penulisan judul kitab, Abuya KH Saifuddin Amsir terinspirasi dari kitab Jawahir AlQuran karya Imam al-Ghazali (w.1111M). Hal ini dibuktikan dalam pemilihan ayat untuk ditafsirkan dalam kitabnya adalah metode tematik kategori ayat-ayat jawahir menurut Imam AL-Ghazali. Ayat jawahir yang dimaksud adalah ayat AlQuran yang diibaratkan seperti intan permata.
Dan Abuya KH Saifuddin Amsir dalam menghimpun dan menulis kitab tafsirnya yang bernama Jawahir Alquran, cenderung lebih banyak memilih pendekatan metedologi tafsir Isyari. Kitab tafsir ini ditulis dengan metode penyalinan dari dua kitab bercorak al-isyari, yaitu kitab Tafs?r Lataf Isyarat Al Qusyairi dan kitab Tafsir Ibnu Arabi.
Ada pula tafsir Alquran dalam bentuk pemberian harakat dan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia dari kitab Tafsir Al Jalalain karya KH M. Soleh Rohmani, M.A. Beliau adalah ulama Betawi kelahiran 10 Oktober 1957 yang merupakan putra dari pasangan H. Rahmani, dan Ibu Hj. Maimunah.
Tidak banyak yang mengenal sosok KH M. Soleh Rohmani, M.A dengan karyanya padahal beliau ulama yang. Menghabiskan umurnya untuk menempuh pendidkan keislamannya secara formal di luar negeri, di Timur Tengah sampai meraih gelar M.A dua kali yang salah satunya berpredikat mumtaz .
KH M. Soleh Rohmani, M.A pernah studi di Fakultas Ushuluddin Universitas Muhammad bin Saud cabang Abha, Saudi Arabia (satu bangku bersama Dr. Aidh bin Abdillah al-Qarni penyusun buku "La Tahzan"), lulus Lc. pada tahun 1983 dengan predikat "Mumtaz" rengking kedua, sedangkan rengking pertama diraih oleh Dr. Aidh al-Qorni tersebut.Di tahun 1985, beliau meneruskan studi pasca sarjana pada universitas yang sama cabang Kota Suci al-Madinah al-Munawarah program Magister (MA) jurusan orientalism dan selesai pada tahun 1987 dengan Yudisium "Sangat Baik".
Dan di tahun 1989, beliau kembali bermukim di Makah al-Mukarammah dan terpilih menjadi salah satu dari 30 mahasiswa yang diterima dari 300 mahasiswa pelamar yang berasal dari 30 negara-negara Islam untuk studi program magister (MA) yang kedua di jurusan dakwah dan study Islam di Institut Tinggi Da'wah Rabithah al-Alam al-Islam di kota Makkah dan lulus pada tahun 1992 dengan predikat "Mumtaz".Dan beliau juga mengikuti berbagai jenis pendidikan keislaman sampai ke Mesir dan kemudian kembali ke Indonesia.
Di dalam karya beliau yang berjudul Kitab Tafsir Jalalain Juz `Amma, Surat Yasin, ar-Rahman, al-Waqi`ah, al-Mulk, dan al-Kahfi Dilengkapi dengan Harakat dan Terjemahannya karya KH. M.. Soleh Rohmani, MA. terdapat 43 surat yang diberi judul dengan bahasa yang lebih lugas dan mudah dipahami.
Begitu pula untuk karya tafsir hadits. Pengertian tafsir atau penafsiran hadits dalam riset ini bukan sekedar memandang hadits sebagai susunan teks saja, tetapi juga berusaha diselami kandungan makna literalnya, dari konteks budaya maupun tafsir transendensi. juga berusaha menggali makna dengan mempertimbangkan horison-horison (cakrawala) yang melingkupi sebuah teks hadis, yaitu horison kebahasaan teks (linguistik dan sosial), penggagas (kapasitas Nabi), dan pembaca (mukharrij al-?adits dan mufassir).
Salah satu karya tafsir hadits yang jarang diketahui adalah kitab Mirats: Shuhuf 99 Rahasia Cinta Kasih Allah karya ulama sufi Betawi terkemuka, KH Abdurrahim Radjiun bin Muallim Radjiun Pekojan. Kata Mirats sendiri merupakan bentuk mashdar (isim manshub yang tidak terikat dengan waktu) yang mengandung arti warisan, pusaka, atau peninggalan. Dari arti yang ada, kitab Mirats juga diharapkan menjadi warisan yang berupa bacaan abadi sekekal Hadits Qudsi yang diangkat dalam kitab ini.
Sedangkan, judul shuhuf 99 Rahasia Cinta Kasih Allah karena di dalamnya terdapat pembahasan Hadits Qudsi sebanyak 99 hadits. Pada salah satu hadits Qudsi yang dibahas, hadits nomor 18, hadits riwayat Ibnu Sunni, KH Abdurrahim Radjiun memberikan gambaran sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Pada riset ini juga, untuk tafsir Al-Qur`an, memasukkan Buya Hamka dengan karyanya yang berjudul Tafsir Al-Azhar dan KH Ahmad Hamid Wijaya dengan karyanya yang berjudul Tafsir Al-Hamidy sebagai ulama Jakarta karena keduanya berdomisili di Jakarta.
Sedangkan ulama hadits Jakarta lainnya, ulama Betawi, yang masuk dalam riset ini adalah Syaikh KH Muhadjirin Amsar Addary dengan karyanya yang berjudul Misbah Adz-Dzulam dan Dr. KH Ahmad Lutfi Fathullah, M.A. yang banyak memiliki karya di bidang hadits, di antaranya buku yang berjudul Hadits-Hadits Keutamaan AlQuran; Hadits- Hadits Lemah dan Palsu dalam Kitab Durrat Al-Nasihin; dan Rumus-Rumus dalam Kitab Hadits dan Rijal Al-Hadits Akhir kalam.
Riset ini masih merupakan awalan dari riset-riset lanjutan yang memiliki kesinambungan dengan riset-riset JIC sebelumnya yang bertitik tolak dari riset genealogi intelektual ulama Betawi sejak tahun 2006. Dan dari riset ini dapat disimpulkan, di Jakarta, banyak ulama yang memiliki karya di bidang tafsir Alquran dan hadits. Namun karena adanya keterbatasan waktu dan lainnya di tahun 2022 ini, JIC hanya mampu menghimpun tujuh orang ulama Jakarta yang memiliki karya tafsir Alquran dan hadits.
Dan fase-fase berikutnya dari riset ini masih terus berlanjut di masa yang akan datang dan tentu dengan penambahan ulama Jakarta lainnya. Namun, JIC tidak bisa berjalan sendiri dalam riset ini, perlu dukungan dan bantuan dari banyak pihak, dan semoga riset ini sudah mampu memperkenal karya ulama Jakarta di bidang tafsir Al Quran dan hadits walau mungkin masih ada kekurangan di sana-sini.