REPUBLIKA.CO.ID, ASSAM -- Mohar Ali ditangkap sebulan lalu setelah dia membuka sebuah museum kecil di rumahnya di sebuah dusun di distrik Goalpara di negara bagian Assam, India timur laut. Museum itu didedikasikan untuk budaya Miyas milik Muslim berbahasa Bengali di negara bagian itu.
Ali yang merupakan pemimpin partai politik lokal, menghabiskan sekitar 7.000 rupee (86 dolar AS) untuk mendirikan tempat tersebut. Koleksi museum sebagian besar memajang beberapa alat dan pakaian pertanian.
Namun, dua hari kemudian, otoritas setempat menutup museum tersebut. Mereka juga menyegel rumah Ali dan menuduh Ali telah salah menggunakan fungsi rumah tersebut. Otoritas mengatakan rumah tersebut diberikan kepadanya di bawah skema pemerintah, tapi malah digunakan Ali untuk tujuan komersial.
Polisi juga menangkap Ali dan dua orang lainnya yang membantu mendirikan museum. Kasus mereka tidak terkait dengan museum, tetapi karena dugaan hubungan mereka dengan dua kelompok teror. Ketiga pria tersebut membantah tuduhan itu. Mereka didakwa berdasarkan undang-undang antiterorisme yang membuat hampir tidak mungkin mendapatkan jaminan.
Penangkapan itu mengejutkan komunitas Muslim berbahasa Bengali di Assam. Mereka yang mengaku bingung.
"Apa sebenarnya kejahatannya (Ali)?" tanya ibunya Ali dengan mata berkaca-kaca, dilansir dari BBC, Selasa (29/11/2022).
Para kritikus mengatakan penangkapan itu adalah yang terbaru dari upaya panjang untuk meminggirkan komunitas di Assam, negara yang kompleks dan multi-etnis di mana identitas linguistik dan kewarganegaraan adalah garis kesalahan politik terbesar. Negara bagian penduduknya termasuk orang Hindu berbahasa Bengali dan Assam.