Kamis 17 Nov 2022 05:45 WIB

Lalui 3 Fase Menuju Syahadat, Mualaf Singapura Kaven: Islam Sumber Kekuatanku

Mualaf Kaven melalui tiga fase dalam menjemput hidayah Islam

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Kaven Siddique Lim melalui tiga fase dalam menjemput hidayah Islam
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, Remaja asal Singapura itu mengaku bersyukur ke hadirat Allah SWT karena hatinya telah dibuka oleh-Nya untuk menerima hidayah. Islam memberikannya tujuan dan makna kehidupan.

Mualaf tersebut menuturkan, sebelum mengenal agama tauhid dirinya menjalani harihari hanya untuk bersenang-senang. Saat masih duduk di bangku SMP, ia menunjukkan sifat-sifat yang tipikal anak muda haus kebebasan.

Baca Juga

“ Pada waktu itu, saya termasuk orang yang senang menghabiskan akhir pekan di klub malam dengan kawan-kawan, pacaran, bergosip, dan sebagainya,” ujar pemili nama lengkap Kaven Siddique Lim, seperti dikutip Republika.co.id dari media Singapura the Muslim Reader, beberapa waktu lalu. 

Ketika itu, hubungannya dengan orang tua pun sering merenggang. Ia acap kali berbeda pan dangan dengan ibunya. Alih-alih mendengarkan nasihat, Kaven lebih suka mengikuti hawa nafsunya untuk kesenangan-kesenangan sesaat. Sebagai anak muda yang sedang melalui masa pubertas, dirinya ketika itu merasa dapat melakukan apa saja tanpa perlu arahan dari siapa pun. 

Menurut mahasiswa Singapore Management University (SMU) ini, ada tiga peristiwa yang mengantarkannya untuk mengenal Islam lebih dekat. Ketiganya kemudian menjadi awal bagi keputusannya untuk menjadi Muslim. 

“Masing-masing merepresentasikan tahaptahap berbeda yang saya lalui sebelum menegaskan iman saya, kembali kepada fitrah, yakni mengakui adanya Tuhan, Allah Ta'ala,” ujarnya.

Pertama, kunjungan ke Masjid Ba-alwi. Pada suatu hari Kamis, Desember 2016, untuk pertama kalinya Kaven memasuki tempat ibadah Muslim. Lokasi yang didatanginya adalah Masjid Ba-alwi di Jalan Lewis. 

Itu adalah salah satu bangunan bersejarah di Singapura. Dibangun pada 1952 oleh keluarga Hadhrami yang dari kalangan Alatas, masjid tersebut cukup besar. Kapasitasnya dapat menampung sekira empat ratus orang.

Kaven datang ke sana atas ajakan beberapa kawannya. Karena penasaran, ia pun mengikuti mereka dengan niat sekadar mencari tahu. Tiap Kamis malam, jamaah setempat rutin mengadakan pengajian. Beberapa surah dibacakan, termasuk Yasin. 

Pada saat itu, lelaki berdarah Tionghoa tersebut pertama kalinya mendengarkan pembacaan ayat-ayat suci Alquran. Saat itu, saya tidak tahu harus berbuat apa karena memang sebelumnya tidak pernah memasuki masjid, katanya.

Kaven cukup terkejut setelah mengetahui banyaknya kegiatan yang rutin diselenggarakan di masjid. Selama ini, dirinya hanya mengenal dua kegiatan ibadah yang dilakukan orang-orang Islam di tempat ibadah mereka, yakni sholat Jumat dan sholat Ramadhan belakangan dikenalinya sebagai sholat Tarawih. Ternyata, setiap masjid memiliki jadwal yang 'padat'. Minimal, penyelenggaraan sholat secara bersama-sama lima kali dalam sehari.

Baca juga: Mualaf David Iwanto, Masuk Islam Berkat Ceramah-Ceramah Zakir Naik tentang Agama 

Kaven pun mendapatkan kesan, Islam meng ajarkan umat manusia agar selalu dekat dengan Tuhan. Kedekatan itu ada di dalam rutinitas. Dengan begitu, rasa religiositas mereka tidak lekas memudar atau hilang 'ditelan' kesibukan sehari-hari.

Pada tahun itu, tempat ibadah yang disambangi Kaven bukan hanya masjid. Ia pun mengunjungi beberapa gereja dan wihara. Hal itu dilakukannya untuk lebih mengenal agamaagama yang dipeluk banyak orang. Yang paling familier baginya adalah wihara. Sebab, keluarganya menganut ajaran Buddha.

“Akan tetapi, orang tua saya tidak pernah mengarahkan anak-anaknya untuk mengimani. Pengertian saya tentang ajaran Buddha juga sebatas mengenai perayaan pada hari-hari besar. Sebab, ketika itulah keluarga besar kami berkumpul,” kata pendiri Converts Central Singapore itu.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement