Peristiwa kedua yang mengantarkannya pada hidayah terjadi pada Desember 2016. Pada suatu malam di bulan itu, Kaven sedang berjalan tanpa arah di area tempat tinggalnya.
Mungkin, wajahnya ketika itu tidak seperti orang yang linglung, tetapi dalam hati dan pikirannya bergayut kegelisahan. Ia ketika itu merasa, kehidupannya seakan tanpa tujuan yang worth it untuk digapai.
Tanpa ia sadari, Kaven sampai di depan Masjid Ba-alwi. Melihat tempat ibadah kaum Muslimin itu, ia pun langsung teringat pada hari ketika dirinya berkunjung. Terkenang lagi suara jamaah membaca lantunan ayat suci Alquran.
Awalnya, lelaki berdarah Tionghoa itu sempat merasa ragu. Dalam pikirannya, berkecamuk ragam pertanyaan. Bagaimana mungkin seorang non-Muslim masuk sendirian ke dalam masjid. Bagaimana kalau jamaah setempat nanti mengusirnya? Bagaimana kalau ia akan dipandang dengan sinis lantaran 'berbeda'?
Namun, pemuda itu kemudian memberanikan dirinya. Dan, di dalam Masjid Ba-alwi tidak terjadi apa pun yang dikhawatirkannya. Semua orang sibuk dengan fokusnya masing-masing. Ada yang sedang sholat. Sebagian jamaah berzikir dan membaca Alquran dengan suara pelan. Akhirnya, Kaven duduk di dalam masjid.
Hanya melihat-lihat ke arah mimbar dan sekeliling. Tidak melakukan apa pun kecuali itu karena memang ia bukanlah Muslim. Dan, tidak satu pun amalan Islam yang diketahuinya. Barulah sekira setengah jam kemudian, seseorang memberikan salam dan menjabat tangannya dengan ramah.
Kepadanya, Kaven memberi tahu bahwa dirinya adalah seorang non-Muslim. Ternyata, jamaah tersebut sama sekali tidak mempersoalkan. Bahkan, pria Melayu itu kemudian bertanya, apakah ada yang bisa dilakukannya untuk membantu Kaven.
“Sejak malam itu, saya mulai mempelajari agama ini dengan sungguh-sungguh. Saya tertarik pada Islam pertama-tama bukan karena konsep-konsep yang abstrak, melainkan keteladanan jamaah masjid. Mereka sangat ramah dan hangat pada siapa pun,” katanya.
Baca juga: Dulu Anggap Islam Agama Alien, Ini yang Yakinkan Mualaf Chris Skellorn Malah Bersyahadat
Belakangan, ia mengetahui adanya konsep akhlak karimah dalam Islam. Itu setelah seorang pemuda masjid setempat menjelaskan kepadanya tentang hadis Nabi Muhammad SAW, yakni “Aku (Rasulullah SAW) hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
“Akhlak yang saya lihat dan alami di Masjid Ba-alwi malam itu mendorong saya untuk mengenal Islam lebih dekat. Sayup-sayup, terdengar ayat Alquran, 'Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sungguh telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat' (QS al-Baqarah: 256),” katanya.
Inilah peristiwa ketiga yang terjadi menjelang hidayah menyinari hatinya. Di sebuah pengajian Masjid Ba-alwi, Kaven mendengarkan paparan ustaz setempat mengenai dosa. Dai itu menerangkan, agama tauhid tidak memiliki konsep dosa asal.