Ahad 06 Nov 2022 10:07 WIB

Muktamar ke-48 akan Rumuskan Risalah Islam Berkemajuan, Ini Penjelasan Prof Haedar

Muktamar ke-48 Muhammadiyah akan bahas sejumlah isu strategis umat dan bangsa

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Haedar Nashir, menyatakan Muktamar ke-48 Muhammadiyah akan rumuskan Risalah Islam Berkemajuan untuk umat, bangsa, dan negara.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Haedar Nashir, menyatakan Muktamar ke-48 Muhammadiyah akan rumuskan Risalah Islam Berkemajuan untuk umat, bangsa, dan negara.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Muktamar Muhammadiyah jadi langkah strategis sebagai situasi dan konteks bersifat terkini. Dalam Sidang Pleno 1 Muktamar, Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut, ini jadi langkah ke depan milik bersama persyarikatan. 

Tentang program-program dan apa yang kita lakukan lima tahun mendatang, proyeksi yang telah dilakukan periode sebelumnya sebagai kesatuan program jangka panjang Muhammadiyah. Langkah ke depan milik bersama ini disebut harus dikembangkan. 

Baca Juga

"Secara masif setelah Muktamar yang dilanjutkan musyawarah wilayah, musyawarah daerah, musyawarah cabang dan musyawarah ranting," kata Haedar, Sabtu (5/11/2022). 

Dalam Muktamar ke-48, akan dirumuskan Risalah Islam Berkemajuan sebagai pandangan tentang Islam sebagai pokok pikiran Muhammadiyah abad kedua. Tujuannya, agar pandangan Islam dapat dilaksanakan dan jadi alam pikiran warga dan pimpinan. 

Sekaligus, jadi fungsi yang terbaik Muhammadiyah bagi masyarakat luas, di mana Islam Berkemajuan bukan cuma buah pikiran tapi jadi orientasi berpikir. Wujudkan langkah nyata bagi Muhammadiyah, bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. "Sebagai perspektif wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin," ujar Haedar. 

Aisyiyah turut mempersiapkan Risalah Perempuan Berkemajuan yang jadi perspektif pandangan Aisyiyah berbasis Islam tentang posisi dan peran perempuan. Risalah ini akan jadi rujukan umum perempuan untuk mengatasi berbagai permasalahan. 

Yang mana, dihadapi perempuan dengan spirit Islam yang melahirkan perempuan berkemajuan yang menebar rahmat bagi semesta. Berbagai isu yang jadi bahasan di Muktamar ke-48, yakni isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. 

Menurut Haedar, itu merupakan formulasi cara pandang Muhammadiyah Aisyiyah atas problem-problem krusial. Problem itu bukan semata dijadikan isu, melainkan juga jadi sumbangsih memberikan solusi yang bisa ditawarkan, tidak saja menjadi wacana.

Baca juga: Ritual Sholat Memukau Mualaf Iin Anita dan Penantian 7 Tahun Hidayah Akhirnya Terjawab 

"Tapi, juga terlibat menyelesaikan masalah itu dan mengajak semua pihak menyelesaikannya," kata Haedar. 

Haedar berharap, pembahasan ini jadi solusi bagi kehidupan, gerak amal usaha dan gerak dakwah bil hal dan gerak pemikiran jadi fondasi dan penyelesaiaan masalah. Serta, Muktamar ke-48 memberikan solusi dan terlibat aktif menyelesaikan masalah. 

Tentu, kata Haedar, kita tidak bisa sendirian, perlu berbagai pihak yang dengan kesadaran kolektif karena masalah yang dihadapi adalah masalah bersama. 

Pada akhir pemaparan, Haedar minta persidangan dan Muktamar dapat menjadi pengikat sehingga, untuk merekat ukhuwah di persyarikatan.

Persidangan dan Muktamar yang akan Muhammadiyah Aisyiyah laksanakan dijadikan pengikat mereka untuk merekat ukhuwah di internal mereka. Sekaligus, melangkah bersama dengan kebersamaan. 

"Sebagaimana refrain Mars Muktamar ke-48 Derap Berkemajuan, di Solo jalin ukhuwah, Muktamar satukan langkah, bersama cerahkan semesta," ujar Haedar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement