Rabu 02 Nov 2022 20:00 WIB

Ade Armando pun Dukung Gelar Pahlawan untuk Buya Syafii Maarif, Ini Alasannya

Ade Armando menilai Buya Syafii Maarif layak mendapat gelar pahlawan

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Ade Armando. Ade Armando menilai Buya Syafii Maarif layak mendapat gelar pahlawan
Foto: Republika/Wihdan
Ade Armando. Ade Armando menilai Buya Syafii Maarif layak mendapat gelar pahlawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), Ade Armando, ikut mendukung usulan berbagai kelompok masyarakat terkait pengajuan Buya Ahmad Syafii Maarif mendapat gelar pahlawan nasional. Menurut Ade usulan itu patut mendapat pertimbangan pemerintah.

“Buya sangat pantas menyandang gelar kehormatan itu,” kata Ade, Rabu (2/11/2022).

Baca Juga

Usulan ini sebelumnya diutarakan Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat dan Bupati Sijunjung. Usulan ini juga sudah didukung Maarif Institute dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Yogyakarta.

Menurut Ade, kiprah Buya tidak perlu diragukan lagi. Banyak yang diberikan Buya, mulai dari keteladanannya sampai pandangannya dalam soal isu keislaman, keindonesiaan, kebhinekaan, dan keadilan sosial. Semua itu dipersembahkan Buya demi kemajuan Indonesia.

Semasa hidupnya, Buya adalah teladan berjalan. Banyak jabatan prestisius yang disandangnya, seperti Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Meski begitu, Buya dikenal sebagai sosok yang sederhana dan menolak diistimewakan.

Pandangan Buya soal isu keislaman, kebangsaan, kebhinekaan, dan keadilan sosial menjadi kompas sekaligus menjadi cambukan yang sangat dibutuhkan. 

"Pandangan-pandangannya termuat di ratusan karya tulis dan buku yang secara produktif ia hasilkan sampai saat-saat menjelang akhir hayatnya," kata Ade.

Dalam soal keislaman, Buya dikenal sebagai sosok yang sangat meyakini Islam sebagai pedoman etika dan petunjuk hidup dengan sepenuh hati. Tapi itu tidak membuat Buya kehilangan rasa hormatnya kepada pemeluk agama lain yang berbeda.

Buya juga berani berseberangan ketika melihat ancaman dari kelompok-kelompok radikal yang menggunakan agama sebagai alat pembenaran mereka, seperti Front Pembela Islam (FPI). Dengan lantang, Buya mengecam FPI dan sejenisnya sebagai ‘preman berjubah’.

Ketika Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama diserang dan disudutkan akibat ucapannya yang dituduh menista agama, Buya menjadi salah seorang ilmuwan dan ulama yang secara terbuka membelanya. 

Buya juga terus-menerus menyerukan persatuan dan kerjasama antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Buya sangat sedih melihat jurang kaya dan miskin yang masih sangat tajam di Indonesia. Menurut Buya, sila kelima dalam Pancasila adalah sila yang paling tertinggal di buritan peradaban, paling terlantar, dan ‘yatim piatu’.

Baca juga: Ritual Sholat Memukau Mualaf Iin Anita dan Penantian 7 Tahun Hidayah Akhirnya Terjawab  

Buya juga mengkritik keras para pejabat publik yang terjebak dalam kubangan lumpur KKN. Kata Buya, ungkap Ade, jangan memuji-muji Pancasila, tapi dalam praktik sehari-hari justru berbuat KKN sesuka hati.

“PIS menganggap sosok Buya sudah memenuhi hampir semua prasyarat pemberian gelar pahlawan nasional. Di antaranya, popularitas tokoh dan tingkat penerimaan tokoh di daerah asalnya. Hampir semua kalangan mengakui sosok Buya, mulai dari warga Muhammadiyah sendiri, tokoh agama lintas agama, intelektual, sampai Presiden Jokowi,” kata Ade.

Karena itu, PIS mengajak masyarakat untuk bersama mendukung usulan pemberian gelar pahlawan nasional ini. PIS berharap pemerintah pusat segera merespons usulan tersebut sehingga gelar pahlawan nasional bisa disandang Buya dalam waktu cepat.         

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement