Ahad 30 Oct 2022 18:45 WIB

Empat Pertanyaan Tersulit

Ada empat pertanyaan yang sulit dijawab oleh manusia pada hari perhitungan.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasan Basri Tanjung

Suatu ketika, Nabi SAW bercerita di hadapan para sahabat tentang keadaan manusia yang diminta tanggungjawab atas perbuatannya selama hidup di dunia.Pada hari kiamat kelak, kedua kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempat hisabnya hingga ia ditanya empat perkara;tentang umur untuk apa dihabiskan, masa muda untuk apa digunakan, harta dari mana dan untuk apa di manfaatkan, dan ilmu untuk apa diamalkan. (HR Abu Daud).

Pesan profetik di atas menjelaskan empat pertanyaan yang sulit dijawab oleh manusia pada hari perhitungan, yakni: Pertama, akan ditanya tentang umur yang diberikan. Umur atau usia setiap orang berbeda satu sama lain. Ada yang dikaruniai umur panjang sampai tua (pikun) dan ada pula yang pendek (QS al-Hajj [22]: 5), bahkan ada yang ingin hidup seribu tahun (QS al-Baqarah [2]: 96). Namun, orang paling baik adalah yang panjang umur dan baik amalnya. Dan, orang paling buruk yang panjang umur tapi buruk amalnya (HR Ahmad).

Kedua, akan ditanya masa muda dihabiskan untuk ketaatan atau kemaksiatan.Keberhasilan seseorang dapat dilihat dari apa yang dilakukannya sewaktu muda. Jika ia belum mencapai kemapanan dan kematangan pada umur 40 tahun, kecil peluangnya meraih kesuksesan (QS al-Ahqaf [46]:15). Masa muda adalah kesempatan dan sangat penting dalam tahapan kehidupan sebelum tiba masa tua (HR al-Hakim).

Ketiga, akan ditanya cara mencari dan memanfaatkan harta. Tentu, harta sangat penting dan strategis bagi seorang Muslim.Oleh karena itu, harus jelas dari mana ia diperoleh (min aina iktasabahu) dan untuk apa digunakan (wa fiima anfaqahu). Keharam an harta, selain karena zatnya (haramun li dzatihi), juga karena faktor yang menyertainya (haramun li ghairihi).

Prof KH Didin Hafidhuddin dalam buku Membangun Kemandirian Umat, menyebutkan lima alasan kenapa rezeki yang dikonsumsi harus halal dan bersih, yakni: (1) rezeki yang haram adalah salah satu tipu daya setan untuk menghancurkan kehidupan manusia (QS al-Baqarah [2]: 168); (2) mengonsumsi rezeki yang halal dan baik adalah bentuk ibadah dan syukur kepada Allah SWT (QS al-Baqarah [2]: 172); (3) rezeki yang didapatkan dengan cara haram akan menyebabkan doa dan ibadah tidak diterima (HR Tirmidzi); (4) setiap daging yang tumbuh dari barang haram akan menghantarkan ke neraka (HR Tirmidzi); (5) sumber rezeki yang haram seperti riba, mencuri, suap dan lainnya harus dijauhi (QS al-Baqarah [2]: 278).

Keempat, akan ditanya tentang ilmu yang diraih untuk kemaslahatan atau ke zaliman. Berbeda dengan harta, ilmu tidak ditanya dari mana diperoleh, melainkan untuk apa diamalkan. Artinya, seorang Muslim boleh menuntut ilmu ke mana dan kepada siapa saja. Namun, harus didasari iman agar mendatangkan kebenaran dan diamalkan supaya membuahkan kebaikan.Ilmu tanpa iman akan menimbulkan kerusakan dan ilmu tanpa amal hanya melahirkan keangkuhan (QSal-Mujadalah [58]: 11).

Walhasil, boleh jadi kita mampu menjawab pertanyaan di pengadilan dunia karena keilmuan, keahlian atau kelihaian. Namun, di pengadilan akhirat akan kesusahan menjawab empat pertanyaan tersebut, selain orang yang bertakwa kepada Allah SWT.Apalagi, pada hari itu mulut dibungkam, tangan bicara dan kaki pun bersaksi (QS Yasin [36]: 65). Allahu a'lam bissawab.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement