Selasa 25 Oct 2022 12:50 WIB

Muslim Kashmir Buat 16.000 Tembikar Diya Saat Diwali Tahun Ini

ia menerima pesanan massal 16.000 diya.

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Agung Sasongko
Muslim Khasmir
Foto: Courtesy Onislam.net
Muslim Khasmir

REPUBLIKA.CO.ID,SRI NAGAR -- Seorang pembuat tembikar Muslim asal Kashmir, Mohammed Umar, menerima pesanan tertinggi yang pernah ada. Tahun ini, ia membuat 16.000 lampu tanah (diya) untuk Diwali dengan penuh semangat.

Umar mengatakan ia menerima pesanan massal 16.000 diya untuk musim perayaan Diwali ini. Dia harus bekerja sangat keras, untuk memastikan diya yang ia buat bisa dikirimkan tepat waktu.

Baca Juga

“Ayah saya, saudara laki-laki dan saya bekerja sangat keras selama sekitar satu bulan untuk membuat diya. Kami membuat sekitar 500-600 diya per hari dan menyelesaikan pesanan dengan baik dan tepat waktu. Diya ini juga dikirim ke negara bagian lain,” katanya dikutip di New Indian Express, Selasa (25/10).

Ia dan pengrajin lainnya disebut tidak bisa terburu-buru saat membuat diya. Hal ini karena pembuatan tembikar merupakan sebuah seni dan mereka tidak pernah ingin membawa nama buruk pada karyanya, akibat terburu-buru dalam proses pembuatannya.

Berasal dari Isbher, daerah Nishat di Srinagar, Umar mengatakan ia merasakan kepuasan tersendiri saat mengingat saudara-saudara Hindu merayakan Diwali tahun ini dan menerangi rumah mereka dengan diya yang dibuat olehnya, seorang Muslim.

Selain menghasilkan uang, dia juga berkontribusi dalam memperkuat kerukunan dan ikatan komunal dengan membuat diya untuk Diwali. Diwali, festival cahaya, dirayakan di seluruh negeri dengan semangat keagamaan.

Umar mengatakan ia sebelumnya membuat 500-700 diyas setiap tahun, tetapi tahun ini dia menerima pesanan dalam jumlah besar. "Selain pesanan itu, saya juga membuat diya untuk beberapa pelanggan lain. Saya juga biasa menjual diya di toko saya di daerah Hazratbal di Srinagar,” lanjutnya.

Untuk membuat setiap diya memerlukan biaya 2 hingga 5 rupee India dan dijual di pasar seharga 5 hingga 10 rupee per potong. Umar yang merupakan lulusan perguruan tinggi memilih untuk menghidupkan kembali seni gerabah dan tembikar (dekoratif) yang sekarat, alih-alih bekerja di pemerintahan.

“Dahulu kala, lebih dari 600 keluarga di Kashmir terkait dengan perdagangan ini. Tetapi saat ini hanya segelintir yang terlibat dalam pembuatan tembikar,” ujar dia.

Umar mengatakan saat ini ia menghadapi tantangan yang berat untuk menghidupkan kembali kerajinan kuno. Tapi dia bertekad dalam kebangkitannya dan tidak menyerah. Salah satu yang menjadi motivasinya adalah meningkatnya permintaan gerabah akhir-akhir ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement