Selasa 18 Oct 2022 17:13 WIB

Baiat Instruktur PMKNU, Gus Yahya Ungkap 3 Hal yang Harus Dipahami Kader

Gus Yahya mengajak kader NU untuk memahami pergerakan organisasi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Instruktur nasional Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) yang dibaiat pada Senin (17/10/2022), berpose dengan Rais Aam NU KH Miftachul Akhyar.
Foto: Dok Istimewa
Instruktur nasional Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) yang dibaiat pada Senin (17/10/2022), berpose dengan Rais Aam NU KH Miftachul Akhyar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memberi amanat kepada para instruktur nasional Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) yang dibaiat pada Senin (17/10/2022).

Dalam acara ini, Gus Yahya mengungkapkan tiga hal yang harus dipahami para kader tentang NU, yakni NU sebagai imarah, ri'ayah, dan thariqah.

Baca Juga

“Pertama, NU ini adalah imarah, yaitu bahwa NU ini adalah entitas aktor yang memegang urusan orang banyak. Ini termasuk kategori ulil amri (pemerintah),” ujar Gus Yahya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/10/2022).

“Saat ini NU sedang berusaha mengembangkan makna imarahnya secara lebih substansial dan luas jangkauannya,” imbuh dia.

Kedua, menurut Gus Yahya, NU sebagai ri'ayah yang bertugas mengayomi dan memelihara umat. 

Menurut dia, ri’ayah menegaskan bahwa kehadiran NU sebagai imarah itu memiliki peran dan tujuan yang jelas dalam mengurusi urusan umat dan masyarakat. 

“Kita ingin supaya operasionalisasi dari NU mengurus urusan masyarakat ini dengan konkret dan nyata. Supaya kita betul-betul hadir sebagaimana seharusnya imarah,” ucap tokoh NU kelahiran Rembang 1966 ini.

Karena itu, lanjut dia, kesadaran yang tengah dibangun kepada para kader NU adalah tanggung jawab kepada imarah bahwa NU bertanggung jawab kepada jamaah-jamaahnya dalam berbagai aspek.  

“Kita ini sedang membangun sistem nasional laksana pemerintah. Nation system of government. Jika klaim kader itu urusan dakwah maka tanggung jawab kita kepada jamaah adalah tentang dunia perdakwahan. Begitupun dengan klaim-klaim lainnya,” kata Gus Yahya.  

Sebab, kata dia, kemaslahatan umat menjadi tanggung jawab bersama. Tujuan NU yang pokok adalah terwujudnya kemaslahatan umat, untuk kebaikan, memurnikan paham ajaran Islam sebagai pedoman ibadah kepada Allah SWT, yakni faham ahlussunnah wal jamaah, mencerdaskan umat secara mandiri, dan menjalankan usaha memperoleh rezeki yang halal. 

“Jadi, maslahat mereka menjadi tanggung jawab kita,” jelas mantan Jubir Presiden Gus Dur ini.

Selanjutnya, tambah dia, NU sebagai thariqah yang diwariskan dengan jaminan orang-orang yang secara estafet memegang sanad sampai Nabi Muhammad SAW. Menurut Gus Yahya, sanad yang terhubung itu harus dipraktikkan dan dirasionalisasikan ketersambungannya.  

“NU sebagai thariqah untuk menjalani agama Islam. Maka kita harus menjalani agama ini dalam satu thariqah yang jelas. Sebab soalitu tidak bisa ngarang sendiri,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini.

“Kita ikut NU ini karena kita hati-hati dalam soal agama sebagaimana peringatan, jangan sembarangan memilih (ajaran) agama,” ucap Gus Yahya.

Dalam acara ini, Gus Yahya juga menegaskan pentingnya semua langkah yang dapat memastikan bahwa semua kader PMKNU dapat memahami NU secara akurat dan menyeluruh. 

Eksistensi NU, lanjut dia, harus bisa menjadi solusi bagi bermacam persoalan yang dihadapi umat dan masyarakat.  

"NU ini harus kita pahami dengan akurat. Dipahami seluruhnya, fungsinya, dan kedudukannya di tengah-tengah umat dan masyarakat harus menjadi solusi,” kata Gus Yahya.

Untuk diketahui, pembaiatan bertajuk “Merawat Jagat Membangun Peradaban” tersebut digelar di Gedung PBNU, Jl Kramat Raya 164 Jakarta Pusat. Acara ini juga dihadiri Rais Aam KH Miftachul Akhyar dan Wakil Ketua Umum H Nusron Wahid.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement