REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 akan digelar di Solo pada 19-20 November 2022 mendatang dengan mengangkat tema "Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta".
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin mengatakan, tema ini relevan dan mendesak untuk segera diwujudkan.
"Walau terkesan ideal bahkan utopis, namun relevan, penting, dan mendesak untuk diwujudkan. Muhammadiyah untuk itu memiliki potensi besar, dan infrastruktur nilai yang kuat," ujar Prof Din dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (26/9/2022).
Hal ini disampaikan Prof Din Syamsuddin dalam kuliah umumnya di Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), Senin (26/9/2022).
Kuliah umum ini juga dihadiri langsung Rektor UMKU Dr Kusnoto, Ketua BPH UMKU Drs Syajad, dan 600-an civitas akademika UMKU, serta pimpinan Muhammadiyah.
Din menjelaskan, sesungguhnya Muhammadiyah sudah melaksanakan misi suci itu lewat gerakan pencerahannya seabad lebih.
Dua dasawarsa terakhir, kata dia, Muhammadiyah sudah go international dengan membentuk Cabang Istimewa di sekitar 30 negara, dan mempunyai tujuh organisasi saudara, yaitu organisasi bernama Muhammadiyah, dengan paham dan manhaj gerakan serupa, walau tidak memiliki hubungan organisatoris dengan Muhammadiyah di Indonesia.
"Lebih dari itu Muhammadiyah juga menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah organisasi dan lembaga di mancanegara, dan mendirikan universitas/college di luar negeri," ucap Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu ini.
Lebih lanjut, Prof Din mengungkapkan bahwa gerakan pencerahan Muhammadiyah penting dan urgen di tengah kerusakan akumulatif dalam peradaban dunia.
Menurut dia, sistem dunia yang memimpin kehidupan global terakhir ini adalah sistem yang rusak karena bersifat antroposentristik atau berorientasi pada diri manusia, bukan bersifat teosentristik atau berorientasi pada Sang Pencipta, sehingga mendorong terjadinya kebebasan dalam berbagai aspek peradaban.
"Sistem dunia itulah yg harus diganti, dan peradaban dunia harus direkonstruksi dan direstorasi, dan Islam dapat menjadi solusi," kata guru besar FISIP UIN Jakarta ini.
Dalam kaitan inilah, menurut Chairman of World Peace Forum ini, Muhammadiyah potensial untuk menjadi lokomotif perubahan dan perbaikan. "Syaratnya adalah Muhammadiyah harus mampu memformulasikan Wawasan Islam Berkemajuan menjadi ideologi dan strategi peradaban yang operasional ke dalam sistem ekonomi, politik, dan budaya," jelas Prof Din.
Dia menambahkan, Muktamar Muhammadiyah & Aisyiyah perlu memperjelas wawasan Islam Berkemajuan, mempertajam kerangka strategis, dan meningkatkan fungsi organisasi menjadi organisasi modern yang menerapkan managemen perubahan dan kepemimpinan perubahan.