REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Seorang dokter di Arab Saudi membuat kehebohan di jagat media sosial negaranya setelah mengklaim ada 92 persen wanita Saudi yang menonton video porno. Dokter tersebut bernama Nizar Bahberi, yang merupakan Kepala Saudi Infectious Diseases Society di Jeddah.
Dia mengatakan, ketika ia pertama kali mulai mengumpulkan data tentang masalah ini pada 2014, dia menemukan hanya 23 persen wanita Saudi yang melihat setidaknya satu video porno dalam satu tahun terakhir.
"Namun, ketika saya ulangi survei pada 2019, persentasenya mencapai 92 persen responden. Jumlahnya 3.000 perempuan," katanya, seperti dilansir The New Arab, Rabu (14/9/2022).
Karena itu, Bahberi menuturkan, di banyak seminar pranikah dia menyampaikan kepada para pria bahwa mereka tidak dapat menyalahkan istri yang baru saja mereka nikahi. "Dan bertanya padanya, 'bagaimana Anda tahu tentang hal-hal ini?' karena akses ke konten ini jauh lebih mudah daripada sebelumnya," ujar dia.
Pernyataan Bahberi ternyata memicu kemarahan di kerajaan Saudi yang konservatif, yang tabu secara sosial dan agama dan ketat terhadap aktivitas seksual di luar nikah. Bahkan warganet Saudi meluncurkan tagar berbahasa Arab untuk menentangnya, dengan menyebut #NizarBahiriInsultsSaudiWomen.
Bahberi pun menanggapinya, dan mengatakan tidak bermaksud melakukan pelanggaran. Tetapi ia hanya menerbitkan hasil penelitian. Dari hasil penelitiannya, diketahui akses ke pornografi jauh lebih mudah daripada sebelumnya.
See the slander Dr. Nizar Bahbari accuses the girls of the Kingdom of watching porn clips by 92%, and the content is available and easier than before in the Kingdom pic.twitter.com/KHFc9Y46l4
— خالد بندر (@khalddbn) September 11, 2022
"Lebih dari 3.000 wanita menjawab pertanyaan, 'apakah Anda pernah melihat klip (porno) setidaknya sekali dalam hidup Anda?' dan jawabannya adalah 92 persen ya. Ini tidak berarti itu terjadi di semua masyarakat, ini adalah contoh yang mengikuti akun (media sosial) saya dan ini berarti (perempuan menonton video porno) mungkin terjadi," kata Bahberi.
Dokter Arab Saudi lainnya, Eidan Alzahrani, menyerang Bahberi, dengan mencicit, "Saya dulu menyerukan perlindungan dokter terhadap mereka yang menyerang dokter. Tapi sekarang saya menyerukan untuk melindungi masyarakat dari beberapa dokter dan meminta mereka mempertanggungjawabkan penghinaan mereka."