REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Syamsul Yakin
Dalam kitab Nashaihul Ibad, Syaikh Nawawi melukiskan dengki dengan seorang yang membayangkan kenikmatan yang dimiliki orang lain dapat beralih kepada dirinya. Jadi orang dengki tidak suka melihat orang lain kaya. Orang dengki ingin agar kekayaan itu beralih kepadanya. Dalam Tanbihul Ghafilin, Abu Laits mengutip sabda Nabi bahwa dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
Seorang ahli hikmah, seperti diungkap Abu Laits, menuturkan, "Jauhilah dengki, sebab dengki itu adalah dosa pertama di langit dan dosa pertama di bumi."
Yang dimaksud dosa pertama di langit adalah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam. Hal itu dilakukan Iblis karena dengki kepada Nabi Adam karena Adam dikaruniai ilmu dan akan dijadikan khalifah di bumi.
Inilah kata-kata yang penuh kedengkian yang diucapkan Iblis yang direkam Alquran, "Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab, "Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS al-A'raf/7: 12). Perilaku Iblis ini juga menjangkiti manusia.
Selanjutnya yang dimaksud dengki sebagai dosa pertama di bumi adalah dibunuhnya Habil oleh Qabil. Qabil dengki kepada Habil karena kurbannya ditolak Allah. Inilah fragmen itu, "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), "Aku pasti membunuhmu." Berkata Habil, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS al-Maidah/5: 27).
Secara sangat rinci, Abu Laits mengungkap lima bencana karena dengki. Pertama, orang dengki akan gelisah terus-menerus. Kedua, orang dengki akan tertimpa musibah yang tidak berpahala. Ketiga, orang dengki akan selalu dicela. Keempat, orang dengki beroleh murka Allah. Kelima, orang dengki tertutup untuknya pintu pertolongan. Menariknya, sambung Abu Laits, kelima macam bencana ini akan menimpa orang yang dengki itu lebih dulu sebelum menimpa orang lain.
Namun, sabda Nabi, ada dua dengki yang diperbolehkan, "Dengki itu tidak diperbolehkan, kecuali terhadap dua hal, (yaitu terhadap) orang yang dikaruniai Allah kemampuan mengenai Alquran dan membacanya siang dan malam, serta (orang) yang dikaruniai harta yang banyak oleh Allah dan menginfakkannya siang dan malam." (HR Bukhari). Jadi dengki ada yang tercela dan ada yang terpuji.
Menurut Abu Laits, dengki seperti yang termaktub dalam hadits Nabi di atas adalah dengki yang terpuji. Kendati sebenarnya lebih tepat disebut termotivasi atas karunia Allah yang diberikan kepada orang lain. Sementara, lanjut Abu Laits, dengki yang tercela adalah mengharapkan karunia yang diberikan kepada orang lain musnah. Inilah yang menjadi sebab orang dengki doanya tidak akan dikabulkan.
Bagaimana kalau ada orang berilmu yang dengki, apakah akan masuk surga atau masuk neraka? Jawabannya, seperti disabdakan Nabi dan dikutip Abu Laits bahwa orang berilmu yang dengki termasuk kategori enam kelompok manusia yang nanti pada hari kiamat akan masuk neraka tanpa dihisab. Lima kelompok lainnya adalah penguasa yang zalim, orang yang fanatik golongan, pemimpin yang sombong, pedagang yang curang, dan orang awam yang bodoh.
Solusi untuk menghapus dengki, menurut Syaikh Nawawi dalam Nashaihul Ibad, adalah dengan banyak memberi nasihat. Bagi Syaikh Nawawi, nasihat ada dua: mengajak berbuat baik dan melarang berbuat kerusakan.
Dengki adalah kerusakan yang harus dihapus dengan nasihat untuk berbuat baik. Secara psikologis, sebenarnya di dalam diri manusia antara dengki dan iman adalah pilihan yang saling menegasikan. Nabi bersabda seperti dikutip Syaikh Nawawi, "Iman dan dengki tidak akan bersatu di dalam diri seorang mukmin." Kalau seseorang dengki, pasti dia tidak beriman.