REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perwakilan Komisi I DPR RI bidang pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, Muhamad Arwani Thomafi memberikan arahan dalam acara Kick Off Kongres Mujahid Digital dan Konsolidasi Nasional Infokom Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam pidato arahannya, Arwani menyoroti pentingnya persatuan digital Indonesia.
Arwani mengatakan, kalau Indonesia punya sila ketiga, yakni persatuan Indonesia. Mungkin tafsir kekinian yang harus ditekankan adalah bagaimana supaya persatuan digital Indonesia mampu untuk membangun keutuhan bangsa ini melalui sikap toleransi di era digital.
"Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai hukum dasar dalam bernegara secara esensial memberikan pesan penting tentang urgensi persatuan Indonesia," kata Arwani, Rabu (31/8/2022).
Ia mengatakan, Indonesia memiliki ragam suku, ras dan agama. Semua ini menjadi kekayaan dan modal penting untuk merajut kebersamaan dalam keragaman.
Ia mengungkapkan, betapa kisah perjalanan para Nabi, tokoh termasuk sejarah pra kemerdekaan dan masa kemerdekaan sampai saat ini membuktikan bahwa Indonesia dengan keanekaragaman suku, ras dan agama mampu bersanding dan eksis dalam keragaman itu. Meski demikian, tantangan persatuan Indonesia dari waktu ke waktu mengalami dinamika yang semakin kompleks. Khususnya di era digital seperti sekarang.
"Sekarang ini skor kesopanan (masyarakat) kita terendah di Asia Pasifik, ada yang namanya penilaian Digital Civility Index, versi Microsoft menyebut bahwa Indonesia itu mempunyai skor 75, skor terendah di Asia Pasifik terkait dengan akhlak kita dalam bermedia sosial, ini tantangan kita," ujar Arwani.
Ia menambahkan, keragaman yang dimiliki Indonesia miliki satu optimisme yang biasa dipegang di tengah tantangan yang kompleks di era digital. Sebagaimana disampaikan Bung Hatta, karakteristik masyarakat Indonesia itu dibangun atas pergaulan hidup kolektivisme. Yaitu gotong royong, kebersamaan, guyub dan tradisi lainnya di negeri ini yang memperkuat persatuan Indonesia.