Ahad 28 Aug 2022 17:15 WIB

Bar di Meksiko Diubah Jadi Tempat Perlindungan Imigran Muslim

Bangunan yang dulunya bar, kini jadi tempat harapan umat Islam Meksiko

Rep: Alkhaledi kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Kaum Muslim di Meksiko mengikuti kajian keislaman
Foto: MicPhotoPress/Fernando Castillo/ca
Kaum Muslim di Meksiko mengikuti kajian keislaman

REPUBLIKA.CO.ID, TIJUANA – Enam mil dari perbatasan AS-Meksiko, sejumlah Muslim berkumpul di dalam tempat penampungan imigran berlantai dua yang lengkap dengan menara dan kubah biru. Sebuah bangunan yang sebelumnya difungsikan sebagai bar, kini jadi tempat harapan umat Islam yang datang dari berbagai negara untuk mencari kehidupan baru.

"Ketika mereka datang ke sini mereka merasa nyaman," kata Presiden Latina Muslim Foundation, Sonia García yang merupakan organisasi pengelola tempat penampungan itu dilansir dari NPR, Jumat (26/8/2022).

Tempat ini sekarang menyediakan sejumlah layanan seperti bantuan hukum, perawatan medis, pelatihan bahasa dan kelas Alquran. Ada kamar terpisah untuk pria dan wanita, ada juga ruangan lain untuk mengkarantina orang ketika mereka sakit.

Bangunan ini ternyata dulunya adalah sebuah bar atau tempat minum-minum minuman keras. Fasilitas ini juga pernah digunakan untuk tradisi quinceañeras dan pesta ulang tahun.

"Dulu tempat minum. Kami bilang dari haram ke halal," tutur García.

Beberapa tahun yang lalu, ketika García menjadi sukarelawan di tempat penampungan imigran lain, ia berkeinginan untuk menciptakan ruang di mana umat Islam bisa merasa lebih nyaman. Tempat dimana mereka bisa sholat lima waktu dan disuguhi makanan halal. Maka sejak tempat penampungan itu dibuka pada bulan Juni, García telah menyambut orang-orang dari Yaman, Afghanistan hingga Rusia.

García mengatakan tidak banyak Muslim di Meksiko. Dia sendiri memutuskan menjadi mualaf atau pindah keyakinan dari Katolik.

Meksiko adalah negara mayoritas Kristen. Menurut sensus pemerintah Meksiko tahun 2020, sekitar 78 persen populasi mengidentifikasi diri sebagai Katolik dan 11 persen sebagai Protestan/Kristen Evangelis. Hanya 0,2 persen yang mengidentifikasikan diri dengan agama lain, termasuk Islam.

Sementara Meksiko didominasi Katolik, García mengatakan masyarakat setempat telah menerima tempat penampungan Muslim. "Mereka menghormati bahwa kita memiliki aturan tertentu cara kita berdoa, cara kita makan, cara kita hidup," katanya.

Banyak orang di tempat penampungan meninggalkan negara asal mereka karena penganiayaan politik dan perang. "Mereka tidak ingin pergi. Tetapi jika ada sesuatu yang berbahaya mereka tidak punya pilihan. Mereka harus pergi," katanya.

Beberapa dari mereka yang tiba di tempat penampungan trauma dengan apa yang mereka alami di negara asal mereka. Kebanyakan adalah anak-anak yang membuat mereka bahkan taku untuk keluar penampungan. Butuh waktu berbulan-bulan untuk membangun kepercayaan dengan anak-anak. Dia mengatakan beberapa dari mereka menolak untuk berbicara dan yang lain memiliki masalah kemarahan.

Tempat penampungan menyediakan kelas seni dan psikolog untuk mencoba membantu mereka mengatasinya. Pengungsi kebanyakan mengetahui tentang tempat penampungan dari informasi kerabat dan media sosial.

García juga berbicara dengan direktur tempat penampungan lain di Meksiko untuk mengundang umat Islam datang ke rumahnya. Dia mengatakan kepada mereka untuk mengirim siapapun umat Muslim yang butuh bantuan.

"Jika Anda melihat seseorang berdoa di lantai, tidak makan daging babi, yang berhijab. Kirimkan kepada kami,"ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement