REPUBLIKA.CO.ID, MAINE– Polisi di negara bagian Maine, Amerika Serikat (AS) sedang menyelidiki serangkaian insiden terkait kasus-kasus anti Muslim di wilayah itu.
Beberapa masjid lokal dilaporkan ditargetkan dalam kejahatan kebencian terhadap komunitas Muslim.
Salah satu jamaah di Masjid Kota Portland, Omar Bin Alkhetab Masjib mengatakan pada bulan April seseorang memasuki masjid dan mulai menyiarkan detail tentang masjid tersebut secara langsung.
Kemudian pada awal Agustus, mereka melaporkan kepada polisi bahwa sebuah video telah dibagikan di media sosial tentang salinan Alquran yang dibakar.
Dalam insiden ketiga, juga pada awal Agustus, seseorang mengecat pesan ancaman di dekat rumah sebuah keluarga Muslim.
"Ini adalah serangkaian insiden yang sangat aneh. Kami tidak yakin siapa di baliknya atau motivasinya. Itu sebabnya kami senang mereka melakukan penyelidikan," kata Direktur komunikasi nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), Ibrahim Hooper dilansir dari The New Arab, Sabtu (20/8/2022).
Saat ini, Maine adalah negara bagian Amerika Serikat dengan populasi kulit putih dan usia terbanyak. Demografi perlahan-lahan bergeser, bagaimanapun, dengan imigran Somalia dan Afghanistan tumbuh dalam jumlah, terutama di sekitar Portland.
Tahun lalu, Portland Selatan adalah kota pertama di Amerika Serikat yang melantik walikota asal Somalia, Deqa Dhalac. Pencalonannya dan kemenangannya bahkan dirayakan oleh penduduk setempat.
Maine sebelumnya memiliki masalah menyambut imigran Muslim. Pada 2002, Wali Kota Lewiston Robert MacDonald menulis surat terbuka, mengimbau agar orang-orang Somalia untuk tidak datang ke negara bagian itu.
Imbauan itu akhirnya direspons dengan demonstrasi oleh penduduk setempat yang mendukung para imigran Afrika.
Atas kasus-kasus anti Muslim, CAIR telah menyarankan rumah ibadah di Maine untuk mengambil langkah-langkah keamanan ekstra.