Ahad 21 Aug 2022 10:42 WIB

Beda Orang yang Ingat Mati dan yang Lalai Mengingat Kematian

Allah SWT merahasiakan kapan meninggalnya seseorang

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi mengingat kematian. Allah SWT merahasiakan kapan meninggalnya seseorang
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi mengingat kematian. Allah SWT merahasiakan kapan meninggalnya seseorang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Memperbanyak mengingat kematian berdampak positif bagi seseorang dalam menjalani kehidupan dunia. 

Setidaknya menurut Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa, Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Masyhuril Khamis, ada tiga manfaat dari banyaknya mengingat kematian sebagaimana disebutkan oleh Ata' Ibn Abi Rabah. 

Baca Juga

Di antaranya adalah mempercepat tobat, memudahkan untuk ridha dengan yang sedikit, dan menghindari permusuhan atau perjuangan yang memaksa bagi penduduk dunia untuk meraih dunia sehingga mereka menjadi tenang. 

Lebih lanjut kiai Masyhuril mengatakan orang yang banyak mengingat mati tidak akan meninggalkan urusan-urusan dunia sehingga terbengkalai. 

 

Orang yang banyak mengingat mati justru akan bersemangat memakmurkan dunia dan sebanyak mungkin mengerjakan amal saleh untuk bekal di akhirat.  

Dia menjelaskan, mengingat mati sangat dianjurkan dan itu tidak akan menjadikan urusan dunia terbengkalai. 

Justru banyak mengingat mati akan menjadikan manusia perhatian dengan urusan dunianya, dia akan memakmurkan dunianya karena itulah tugas manusia di dunia ini. 

“Dia akan  melihat dunia sebagai sarana mencari bekal di akhirat. Maka dia akan memakmurkan dunia tanpa mengeksploitasi dan merusaknya," kata kiai Masyhuril. 

Sementara itu menurut Kiai Masyhuril orang yang tidak mengingat mati tidak paham apa tugasnya di dunia sehingga orang tersebut dapat mengeksploitasi dunia demi kepentingan dan kesenangan hawa nafsunya semata. 

Karenanya, menurut Kiai Masyhuril termasuk yang menjadi maksud dari banyak mengingat mati adalah  melindungi dunia dari keserakahan manusia.  

kematian adalah berpisahnya jasad dari ruh. Fase ini pasti dialami atau dilalui setiap manusia.  

Orang-orang yang beriman tidak merasa takut dengan kematian sebab  orang yang beriman sadar bahwa kematian pasti terjadi dan merupakan takdir. 

Mengutip keterangan Ibnu Hajar Al Haitami dalam kitab Al Fatawa Al Haditsiyah, Kiai Masyhuril menjelaskan bahwa kematian  bagi orang beriman adalah pintu untuk bertemu dengan Allah SWT. 

"Karena itu kematian harus disikapi dengan ikhlas, dan selalu berusaha untuk menjaga dan menanti kematian agar kita husnul khatimah," kata kiai Masyhuril kepada Republika.co.id beberapa hari lalu. 

Kematian juga menjadi rahasia Allah SWT. Tidak ada seorang pun anak adam yang dapat mengetahui kapan tiba ajalnya. Dan tidak ada satu pun manusia yang mengetahui di mana dirinya akan mati.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement