REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, mengingatkan masyarakat bahwa perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia harus diisi dengan rasa syukur. Kiai Cholil mengingatkan, salah satu rasa syukur yang bisa diungkapkan yaitu dengan memperjuangkan keadilan dan kebaikan.
"Berkat pendahulu kita, para pendiri bangsa ini, maka kita harus mensyukurinya dengan cara mengisi bagaimana mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya,” kata Kiai Cholil, dilansir dari laman resmi MUI, Rabu (17/8/2022).
Kiai Cholil mengingatkan, kemerdekaan bisa dimulai dari diri sendiri dengan tidak bergantung dengan orang lain. Merdeka dari menyembah siapapun dan tunduk kepada siapapun kecuali kepada Allah SWT.
Menurutnya, hal ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sekaligus rasa terimakasih kepada para pahlawan dan pejuang kemerdekaan bangsa ini.
Sebelumnya, Kiai Cholil mengingatkan, tiga landasan yang bisa memperkuat kesatuan dan kekuatan di antara umat. Rais Syuriah PBNU ini menerangkan bahwa ketiga landasan itu adalah taaruf (mengenal), tafahum (memahami) dan taawun (saling menolong) di antara umat.
Menurutnya, hal ini sangat penting untuk terus diasah. Mengingat Indonesia sekarang ini sedang memasuki masa persiapan di tahun politik 2024. "Maka ini penting untuk membangun kesatuan, karena tidak mungkin kita kuat tanpa persatuan," ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah ini menjelaskan, pada saat Piagam Madinah, hal yang pertama ditekankan oleh Rasulullah SAW adalah persatuan di seluruh rakyat Madinah. Oleh karena itu, Kiai Cholil mengingatkan kembali untuk menyatukan bangsa ini dengan merajut kesatuan dan kekuatan.
Ia menambahkan, dalam membangun ketiga landasan yang bisa memperkuat kesatuan dan kekuatan di antara umat, perlu adanya konsepsi baru melihat fenomena dunia yang baru. "Bagaimana kita ini membangun hubungan yang baik antar sesama warga negara. Ini penting untuk kita lakukan, termasuk membangun hubungan antara intelektual dengan pemerintah," jelasnya.
Kiai Cholil mengatakan, menyayangkan anggapan sejumlah pihak bahwa ulama yang sudah menjadi bagian dari pemerintah sudah tidak ulama. Sementara, bagi ulama yang menghantam pemerintah seakan-akan keulamaannya semakin krusial.
Menurutnya, perlu adanya upaya menyatukan antara ulama dan umaro. "Sehingga, bisa membangun Indonesia yang sejahtera di masa yang akan datang,” ujarnya.