REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama (NU), Muchamad Nabil Haroen atau yang biasa dipanggil Gus Nabil merasa prihatin terhadap gelar Gus yang dipakai dukun kesehatan asal Blitar, Samsudin Jadab.
Hal ini karena, menurut dia, dalam lingkungan NU gelar Gus itu biasanya digunakan untuk para putra kiai.
"Gus adalah gelar yang sifatnya kultural. Sesungguhnya Gus ini kan julukan untuk putra kiai. Namun, hari ini banyak yang kemudian dengan penampilan-penampilan tertentu, gaya-gaya tertentu terus menamakan dirinya gus. Ini memang sebenarnya cukup prihatin dan cukup berbahaya," ujar Gus Nabil kepada Republika.co.id saat dimintai tanggapan terkait viralnya kasus Samsudin Jadab, Sabtu (13/8/2022).
Seperti diketahui, konflik Samsudin dan pesulap merah (Marcel Radhival) tengah hangat diperbincangkan masyarakat. Perseteruan keduanya pun sampai ke meja polisi. Samsudin melaporkan Marcel ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jawa Timur (Jatim) pada Rabu (3/8/2022) lalu.
Laporan itu dibuat karena Samsuddin merasa nama baiknya dicemarkan Pesulap Merah. Sementara, dalam akun YouTube milik Pesulap Merah, Samsuddin disebut melakukan praktik pengobatan dengan trik sulap atau penipuan. Terkait hal ini, Gus Nabil memandang bahwa semua pihak sama di mata hukum.
"Ya saya kira siapapun sama di mata hukum. Jika kemudian ada yang melakukan tindak pidana, misalnya penipuan, ya tinggal dilaporkan, kemudian dibuktikan apakah penipuan atau tidak, dan silakan diproses secara hukum," ucap Gus Nabil.
Waketum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) ini menjelaskan, praktik pengobatan sendiri sesungguhnya telah diatur dalam Islam. Karena itu, dia mengingatkan kepada masyarakat Indonesia agar tidak mendewakan orang yang bisa menyembuhkan.
"Kita melihat bahwa semuanya sembuh itu atas izin Allah. Bahwa ada seseorang yang membantu berdoa itu sekadar washilah. Jadi jangan sampai kemudian kita mendewakan atau bahkan menuhankan manusia yang bisa menyembuhkan kita," kata Gus Nabil.
Dalam taraf-taraf tertentu, menurut dia, setiap ilmu itu harus ada gurunya dan sanadnya bersambung sampai ke Rasulullah SAW. Jika doa yang diamalkan Samsudin bersambung ke Rasulullah, kata dia, maka pasti tidak akan menjadi masalah.
"Nah, saya tidak tahu apakah bacaan yang yang dilakukan Samsudin itu apakah memiliki sanad yang jelas. Karena, kalau memiliki sanad yang jelas pasti gak ada masalah. Karena, semua ada rantai keilmuannya dan biasanya rantai keilmuan yang gak beres itu yang bermasalah," jelas Gus Nabil.
Dia pun menyarankan kepada masyarakat Indonesia agar tidak mudah percaya terhadap orang yang hanya berpenampilan seperti seorang gus atau kiai. Menurut dia, harus diperiksa dulu latar belakang keilmuannya.
Apalagi, menurut dia, masih banyak dukun yang melakukan manipulasi dalam praktik pengobatannya.
"Saran saya kepada seluruh masyarakat juga harus berhati-hati ketika menemukan hal-hal semacam ini. Cari orang yg tepat, yang jelas-jelas memiliki guru dan gurunya terpercaya. Artinya, kan sanad keilmuan itu bisa di-tracking apakah ini benar atau gak. Jangan mudah percaya dengan adanya orang baru," kata Gus Nabil.