REPUBLIKA.CO.ID, KASHMIR -- Polisi menahan sejumlah Muslim Syiah yang berusaha berpartisipasi dalam prosesi menghormati bulan Muharram di Kashmir.
Puluhan Muslim menentang pembatasan keamanan yang ketat di beberapa bagian kota utama Srinagar pada Ahad dan turun ke jalan meneriakkan slogan-slogan agama. Pembatasan itu termasuk larangan prosesi keagamaan Syiah.
Muharram adalah salah bulan paling suci bagi Muslim Syiah di seluruh dunia, termasuk prosesi besar pelayat memukul dada mereka sambil membaca syair dan slogan untuk berduka atas kematian cucu Nabi Muhammad Hussein dan 72 sahabat dalam pertempuran Karbala di Irak saat ini.
Kegiatan pada Ahad (7/8/2022) menandai hari kedelapan Muharram, dua hari sebelum puncaknya pada hari Asyura. Pada 2020, puluhan orang terluka ketika pasukan India menembakkan peluru senapan dan gas air mata untuk membubarkan prosesi.
Dilansir TRT World, Senin (8/8/2022) beberapa prosesi utama Muharram telah dilarang di bagian Kashmir yang dikuasai India sejak pemberontakan bersenjata pada 1989, menuntut kemerdekaan kawasan itu dari India atau penggabungannya dengan negara tetangga Pakistan.
Puluhan ribu warga sipil, pemberontak dan pasukan pemerintah tewas dalam konflik tersebut. Muslim Kashmir telah lama protes bahwa pemerintah membatasi kebebasan beragama mereka dengan dalih menjaga hukum dan ketertiban sambil mempromosikan ziarah tahunan Hindu ke Kuil Amarnath Himalaya di Kashmir yang menarik ratusan ribu pengunjung.
Ziarah Hindu yang sedang berlangsung telah menarik ratusan ribu peziarah dari seluruh India, meskipun keamanan ketat, dengan puluhan ribu tentara berpatroli di jalur menuju cagar alam gua.